POLITICS

Polemik LRT Palembang, Prabowo: Biaya Pembangunan Sangat Mahal

Selasa, 26 Juni 2018

Indonesiaplus.id – Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menuding ada mark up di proyek pembangunan light rapid transit (LRT) Palembang. Sedangkan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah curiga dengan tiang LRT yang dibuat tinggi.

Prabowo disorot karena pernyataannya yang menyebut biaya pembangunan LRT di Indonesia sangat mahal. Sebab, biaya pembangunan LRT di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain.

Prabowo menyampaikan pernyataan itu dalam acara silaturahmi kader di Hotel Grand Rajawali, Palembang, Kamis (21/6/2018). Menurutnya berdasarkan riset indeks pembangunan LRT di dunia, biaya pembangunan untuk LRT berkisar USD 8 juta/km.

Sedangkan di Palembang, yang memiliki panjang lintasan 23,4 km, biayanya hampir Rp 12,5 triliun atau USD 40 juta/km.

Menurutnya, mendapatkan indeks harga LRT sedunia dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Namun Prabowo tak mengungkap sumber data yang dijadikan rujukan.

Fahri Hamzah ikut curiga menduga ada mark up di proyek LRT. Dia mempertanyakan kenapa tiang LRT tinggi-tinggi. “Curiga saya itu. Orang curiga. Saya juga curiga,” kata Fahri Hamzah di kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (25/6/2018).

Pembangunan, kata Fahri, LRT di Indonesia terlihat ganjil. Keganjilan, menurutnya, pada pembangunan tiang pancang LRT yang disebutnya terlalu tinggi.

“Kenapa bikin LRT tiangnya tinggi-tinggi, ya kan? Bikin saja LRT di bawah tanah. Supaya nggak perlu ada biaya tiang. Tiangnya tinggi-tinggi, mahal banget itu,” katanya.

Selain berbahaya, Fahri mengatakan, dari informasi yang didengarnya, pembangunan tiang pancang yang tinggi itu sebetulnya tidak diperlukan. Ia pun meminta dilakukannya audit terhadap anggaran pembangunan LRT.

“Jadi analisis kalau itu tidak diperlukan di situlah terjadi tambahan biaya. Jadi saya dengar ini bukan cuma di Palembang. Tapi di seluruh tempat yang dibangun tiang-tiang itu di situ ada tambahan biaya yang harus diantisipasi,” ujarnya.

Tudingan Prabowo ini sebelumnya telah dibantah oleh Kepala Proyek LRT Palembang Mashudi Jauhar. Mashudi menyebut biaya pembangunan LRT Palembang sesuai harga pasar, mengingat konstruksi LRT yang diterapkan di Palembang merupakan konstruksi layang yang membutuhkan biaya tinggi.

Mashudi kemudian mencontohkan biaya pembangunan LRT di Malaysia dan Filipina. “Di Malaysia, (rute) Kelana Jaya-Ampang 7,2 miliar yen/km (65,52 juta/km). Manila, LRT Fase 1 extension, 8,2 miliar yen/km (US$ 74,6 juta/km),” terang Mashudi.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menepis tuduhan Prabowo. Budi menegaskan pengelolaan APBN dilakukan hati-hati.

“Kita sangat berhati-hati mengelola dana APBN. Kita melibatkan banyak konsultan, terutama internasional, kita harapkan sangat governance. Kita melibatkan instansi-instansi berwenang. Menurut hemat saya, sinyalir (mark up) itu tidak benar,” kata Budi di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6/2018).

Selain itu, Budi membantah proyek LRT kemahalan. Sebab, pembangunan proyek LRT di Indonesia justru lebih murah dibandingkan dengan negara tetangga.

“Saya tidak tahu persis ya kalau nggak salah ada pengurangan 10% dari penawaran kontraktor, setelah itu dievaluasi oleh konsultan dari internasional,” katanya.

“Seperti dilaporkan, setelah dikomparasi, dibanding Malaysia dan Thailand, (biaya LRT) kita lebih rendah 5-10%,” ucapnya.[Mus]

Related Articles

Back to top button