Ketua MPR: Pihak Teriak Paling Pancasila, Justru Mengkotak-kotakkan
Sabtu, 23 September 2017
Indonesiaplus.id – Masyarakat diminta untuk mengurangi kesalahpahaman dalam berpolitik. Pasalnya, saat ini ada kesalahpahaman berpolitik yang membuat gesekan sosial semakin kuat.
“Saat ini, masyarakat Indonesia dikepung dengan banyak kesalahpahaman, yang semakin tajam dan serius belakangan ini,” ujar Ketua MPR Zulkifli Hasan saat berpidato di Simposiun Nasional Dewan Pakar ICMI, Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di MPR, Sabtu (23/9/2017).
Kesalahapahaman pertama, ada pihak yang beranggapan mereka yang menjalankan agamanya, seperti Muslim yang taat menjauh dari semangat kebangsaan. Kesalahpahaman itu, menurutnya, sangat serius. Karena di Indonesia paham kebangsaan dan paham keagamaan saling menopang. Menjadi pemeluk agama yang taat adalah jalan menuju warga negara yang baik.
Dalam Islam seperti yang disampaikan KH. Hasyim Asy’ari mencintai tanah air adalah sebagian dari iman. Bagi umat Islam di Indonesia beragama adalah pangkal berbangsa.
Kesalapahaman kedua ialah soal kontestasi politik digunakan sebagai pelabelan. Hanya karena perbedaan pilihan calon kemudian dicap tidak toleransi, tidak cinta NKRI, kafir, munafik dan sebagainya.
“Saudara-saudara kekalahan dan kemenangan dalam pilkada hal yg biasa. Jangan dijadikan pelabelan politik,” katanya.
Namun anehnya, kata Zulkifli, soal menonton film G30S/PKI pun menjadi ikut dilabel dan pengotak-kotakan antara pro Orde Baru dan pro PKI. Pancasila sebagai nilai adalah pemersatu, dan semuanya merasa paling pancasila. “Tapi faktanya sekarang mereka yang teriak paling Pancasila justru yang kuat mengkotak-kotakkan,” kritiknya.
Kesalahpahaman ketiga, berujung pada salah langkah. Sebagian pihak memahami dalam perjalanan bangsa ini umat Islam dan para ulama tidak memerankan peran. Kalau mau jujur umat Islam dan ulama inilah yang berperan besar merdekakan bangsa. Disamping umat dan tokoh agama lain.
Kesalahan langkah ini membuat pengenyampingan peran ulama dan umat Islam. “Umat Islam yang diajarkan toleransi, kami sudah khatam soal toleransi,” tandasnya.
Disayangkan umat Islam dibuat terus berkelahi dan dipecah belah pada urusan yang sangat remeh temeh. “Urusan rakaat shalat taraweh 11 atau 8 berantem, urusan lihat dan hitung bulan berantem, umat Islam sibuk ngurus ini. Sedangkan emas tambang dan jabatan startegis direbut, diambil asing, ” terangnya.[Mus]