HUMANITIES

Direktur: Pelajaran Sejarah Tak Bosan, Jika Ada Terobosan dan Penuh Warna

Kamis, 4 Mei 2017

Indonesiaplus.id – Menggali dan membangkitkan nilai kebangsaan dan sejarah bisa dilakukan dengan strategi pembelajaran yang berbeda. Salah satunya, melalui lomba kreasi audiovisual sejarah tingkat pelajar se-Indonesia.

“Menggali nilai kebangsaan dan sejarah, salah satunya melalui lomba kreasi audiovisual sejarah tingkat pelajar SMA, SMK dan sederajat, ” ujar Triana Wulandari, Direktur Sejarah, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat membuka Workshop Perekaman Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah Tahun 2017 dengan tema, Kita Indonesia, di Bogor, Kamis (4/5/2017) petang.

Sejarah, kata Triana, yang awalnya dianggap sebagai pelajaran membosankan dan tidak menarik. Lalu, diubah menjadi materi penuh warna, banyak terobosan, serta ditambah sentuhan kreatifitas dan seni.

“Berbagai terobosan tersebut, menjadikan pelajaran sejarah penuh warna, menarik dan menjadi sangat penting. Di luar negeri saja, di antara pelajaran penting adalah bahasa, matematika dan sejarah, ” katanya.

Terobosan pelajaran sejarah dengan audiovisual, juga bisa menumbuhkan rasa cinta pada sejarah Indonesia. Sehingga akan berdampak langsung bangga dan cinta tanah air, serta rasa nasionalisme.

“Cinta tanah air dan menguatkan rasa nasionalisme tentu beda konteks dulu dan sekarang. Dulu para pejuang melawan penjajah, kini salah satunya mendokumentasikan sejarah di daerah, ” tandasnya.

Pembuatan audiovisual sejarah tak sekedar jadi. Namun, harus dibuat dengan teknik yang benar, mulai dari penyutradaraan, produksi, editing, serta ditambah sentuhan kreatifitas dan seni.

“Kami mencatat ada 600 suku berbeda, mulai dari bahasa, tradisi dan budaya. Ini anugerah bagi kita yang patut disyukuri, sebab tidak ada kembaran dengan bangsa lainnya di dunia, ” ucapnya.

Jangan sampai anak dari suatu daerah tidak tahu sejarahnya sendiri. Padahal, itulah kekayaan sejarah lokal yang harus didokumentasikan dengan baik.

“Kita harus bangga menjadi anak Indonesia dengan menggali segala potensi dalam perspektif sejarah baik oleh para guru maupun siswa di seluruh Indonesia, terutama sejarah lokal,” katanya.

Sejak digelar 2012, animo para pelajar begitu tinggi hal itu terlihat dari kirimkan proposal yang masuk. Panitia membuat dua wilayah, yaitu wilayah barat dan timur.

“Banyaknya pengiriman jumlah proposal. Panitia membagi dua wilayah, yaitu barat dan timur. Wilayah barat digelar di Bogor dan Timur dijadwalkan akan digelar di Makassar, ” tandasnya.

Tahun ini, masuk sebanyak 337 proposal dan lolos seleksi 30 tim. Tahun lalu, dari 256 proposal yang masuk, dan lolos 20 tim terbaik. Pasca mengikuti workshop perekaman dan menyerahkan hasil karya, maka terpilih 5 tim terbaik masuk dalam finalisasi.

“Hasil seleksi ada 30 tim, masing-masing 15 tim di wilayah barat dan 15 wilayah timur dengan peserta 2 siswa dan 1 guru pendamping. Di akhir kegiatan akan dipilih 10 terbaik yang akan diberikan penghargaan di Jakarta, ” terangnya.

Selama 5 hari mereka akan digembleng di kawah candra dimuka
dengan menghadirkan para narasumber dari praktisi, pegiat film, dosen dan tim Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

“Setiap peserta agar memaksimalkan waktu sebaik-baiknya untuk memahami pembuatan audiovisual terkait sejarah. Jadi, benar-benar harus digembleng di kawah candra di muka, ” tandasnya.[Ham]

Related Articles

Back to top button