Perlukan Intelijen Diberi Akses Buka Enkripsi WhatsApp?

Selasa, 28 Maret 2017
Indonesiaplus.id – Percakapan diklaim aman saat pengguna WhatsApp chatting dengan teman menggunakan fitur enkripsi.
Pada kasus tertentu, apakah WhatsApp perlu membuka enkripsi untuk intelijen? Dilansir Trustedreviews, Senin (27/3/2017), Amber Rudd, Home Secretary berbicara terkait serangan teroris di Westminster bahwa seharusnya tidak ada tempat bagi teroris untuk bersembunyi.
Diduga ia menarget WhatsApp, yang menawarkan enkripsi end-to-end pada semua pesan pengguna setelah Khalid Masood, seseorang yang bertanggungjawab pada serangan Westminster menggunakan aplikasi itu dua menit sebelum mengendarai mobil ke kerumunan turis.
Dengan menggunakan enkripsi WhatsApp menandakan pesan tidak bisa dibaca bila dicegat oleh siapapun, termasuk lembaga penegak hukum atau bahkan WhatsApp itu sendiri. Sehingga, sekalipun aparat dapat melihat pelaku menggunakan aplikasi, namun tidak jelas apa yang dikatakannya.
Beberapa politisi, termasuk Rudd menginginkan lebih banyak akses terbuka untuk komunikasi pribadi. “Ini benar-benar tidak dapat diterima, seharusnya tidak ada tempat bagi teroris untuk bersembunyi. Kita perlu memastikan bahwa organisasi seperti WhatsApp dan ada banyak orang lain seperti itu, tidak memberikan tempat rahasia untuk teroris untuk berkomunikasi satu sama lain,” katanya.
Jeremy Corbyn, pemimpin Partai Buruh menyarankan, agar otoritas legal telah memiliki kekuatan yang kuat. Sehingga harus ada keseimbangan antara ‘right to know’ dan ‘the right to privacy’. Juru bicara WhatsApp menambahkan bahwa pihaknya terkejut dengan serangan itu dan perusahaan sudah bekerjasama dengan penyelidikan.
Kini, WhatsApp dipakai lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan. Semua pesan diklaim telah terlindungi dengan fitur enkripsi end-to-end.[Sam]