TECHNOLOGY

Ditanam Selobang Cabai Keriting, Cabai TW Terasa Lebih Pedas

Senin, 26 Desember 2016

Indonesiaplus.id – Penggunaan pola tanam baru untuk meningkatkan produksi hasil komoditas cabai mulai dilirik petani di sentra cabai tatar galuh Ciamis.

Biasanya satu lubang hanya ditanam satu pohon, maka dengan pola baru satu lubang dua tanaman. Tanam cabai satu lubang dua pohon, salah satunya diterapkan oleh Nono Suwarno, warga Desa Sindanglaya, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Dia sudah tiga kali melakukan pola tanam baru tersebut.

Hasil panen dengan pola tanam satu lubang dua pohon tersebut meningkat cukup signifikan. Dilain pihak penerapan inovasi tersebut juga tidak berbeda banyak dibandingkan satu lobang satu pohon.

“Hasil panen satu lubang dua pohon lumayan memuaskan. Dasar pemikirannya sederhana saja, satu pohon dengan dua pohon hasilnya tentu lebih banyak yang dua pohon. Produktivitas menjadi sedikit berkurang, akan tetapi secara akumulasi, hasil panen dua pohon lebih banyak,” ujar Nono, Minggu (25/12/2016).

Dengan pola satu lubang satu pohon, menghasilkan 1 Kg per pohon, sedangkan dengan dua pohon, hasil per pohon turun menjadi 7-8 ons atau setara 1,5 Kg per lubang. Hasil panen dengan pola lama, sebanyak 15 ton per hektar, akan tetapi dengan satu lubang dua pohon mencapai 19-20 ton.

“Memang kebutuhan bibit meningkat dua kali lipat dari 7 pak benih cabai menjadi 14 pak, dan penambahan obat. Akan tetapi biaya pemeliharaan relatif tidak perawatan juga tidak berbeda dengan sebelumnya. Memang perlu perlakukan khusus untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman, sehingga seluruhnya tetap mendapat sinar matahari,” kata Nono, yang juga Ketua Kelompok Tani Sindangmulya.

Pertama kali melakukan pola satu lubang dua pohon dengan jenis cabai besar keriting dan TW. Dia mengaku heran dengan adanya perubahan tingkat kepedasan dua jenis cabai yang ditanam bersamaan dalam satu lubang.

“Biasanya cabai keriting terasa pedas dan cabai TW tidak begitu pedas. Akan tetapi ketika digabungkan tingkat kepedasan cabai keriting berkurang, dan cabai TW lebih pedas dibanding sebelumnya,” katanya.

Selama ini, hasil panen cabai besar baik jenis keriting TW maupun tanjung dari wilayah Sukamantri, banyak memasok kebutuhan di Pasar Induk Kramatjati, dan Cibitung. Sedangkan jenis cabai rawit , sebagian besar memenuhi pasokan Pasar Caringin.

Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Sukamantri, Itang menyatakan inovasi pola tanam satu lubang dua pohon cabai, bakal terus disebarluaskan ke masyarakat.

Hal itu sekaligus menjawab tantangan Presiden agar produksi cabai ditingkatkan dari 10 ton menjadi 20 ton per hektare. “Apa yang kami lakukan di sini, merupakan salah satu jawaban atar pemintaan Presiden Jokowi agar produksi cabai menjadi 20 ton per hektar. Dengan pola tersebut sebearnya sudah terjawab. hal itu juga dimaksudkan agar tidak ada lagi impor cabai,” urainya.

Penerapan pola tanam satu lubang dua pohon hanya berdasar pada pengalaman dan naluri petani. Dengan pola pikir sederhana, panen dua pohon tentu lebih banyak dibandingkan yang satu pohon.

“Tidak ada perhitungan ilmiah yang njlimet, hanya pengalaman dan penalaran saja. Dengan dua pohon biaya otomatis lebih besar, akan tetapi keuntungannya jauh lebih besar,” tandasnya.[Sam]

 

Related Articles

Back to top button