Daun Petai Cina Diujicobakan Mahasiswa UNY Jadi Sabun Herbal

Ahad, 13 Januari 2019
Indonesiaplus.id – Daun petai cina diujicoba oleh sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk membuat sabun herbal yang berkhasiat mencerahkan dan menghaluskan kulit.
“Dari gagasan buat sabun herbal itu sebab dalam daun petai cina mengandung energi 128 kkal, protein 12 gram, lemak 6,5 gr, karbohidrat 12,4 gr, kalsium 500 mg, fosfor 100 mg, zat besi 3 mg, vitamin A 17.800 IU, vitamin B1 0,04 mg, dan vitamin C 64 mg,” ujar koordinator kelompok mahasiswa UNY Fatwaning Raras Pawestri di Yogyakarta, Ahad (13/1/2019).
Pembuatan sabun herbal itu bertujuan agar produk kecantikan berupa kosmetik badan yang tidak hanya cepat dalam mencerahkan, mengurangi kekusaman, dan menghaluskan kulit, tetapi juga menyadarkan masyarakat terhadap keamanan produk yang akan dikonsumsi oleh masyarakat itu sendiri.
“Produk sabun herbal berbahan daun petai cina diberi nama Atecin. Dari bahan natrium hidroksida, air suling, daun petai cina untuk disaring airnya, pewarna makanan alami, minyak kelapa, minyak sawit, minyak zaitun, dan minyak esensial,” ungkapnya.
Menurutnya, alat yang dibutuhkan adalah kompor, oven, sendok blender, gelas plastik ukuran 8 oz, termometer digital, dan cetakan sabun. Cara membuatnya adalah pertama kali dibuat campuran natrium hidroksida dengan air, kemudian buat campuran minyak kelapa, minyak sawit, dan minyak zaitun sesuai ukuran yang sudah ditetapkan.
Lalu racikan tersebut didiamkan. Panaskan minyak dalam oven atau kompor, kemudian campurkan racikan pertama dan kedua dengan spatula karet sebagai bantuan.
Campuran diaduk dengan menggunakan tongkat blender hingga mengental kira-kira waktunya tiga menit, jika masih ada gelembung berarti percampuran belum sempurna sehingga diaduk lagi sampai sempurna.
Usai tercampur dengan sempurna kemudian tambahkan pewangi, minyak esensial, air daun petai cina, dan pewarna makanan untuk mendapatkan warna yang menarik.
“Lalu proses cetak dalam cetakan dan tunggu hingga mengeras. Setelah mengeras keluarkan dari cetakan dan dipacking dengan rapi untuk menarik minat pembeli,” ungkapnya.
Tanaman petai cina cukup populer di kalangan masyarakat. Masyarakat Jawa menyebutnya sebagai lamtoro dan sering memanfaatkan pohonnya sebagai pencegah erosi, peneduh, sumber kayu bakar, daunnya untuk pakan ternak, dan buahnya dibuat makanan botok lamtoro.
Kelompok mahasiswa UNY tersebut, antara lain Merita Dewi Kadarwati, Nurhayati Wahyu Kurniasari, Novita Permata Sari, dan Aprilia Ristianasari.[sam]