Musyawarah Raja se-Nusantara, Wiranto: Ajak Raja dan Sultan Perkuat Pancasila
Senin, 18 September 2017
Indonesiaplus.id – Acara Musyawarah Raja-Raja se-Nusantara dalam Festival Keraton Nusantara (FKN) XI di Cirebon, Jawa Barat, Minggu kemarin, salah satunya diisi oleh Menkopolhukam Wiranto.
Wiranto mengajak para raja se-Nusantara untuk mengambil bagian dari upaya memperkuat kembali pemahaman Pancasila sebagai idiologi negara. Lantara keberadaan raja dan sultan memiliki hubungan historis dengan negara Indonesia.
“Pemerintah sudah mulai melakukan langkah kuat dan serius dengan membentuk Unit Kerja Presiden untuk Pemantapan Pancasila,” ujar Wiranto di Cirebon, Minggu (17/9/2017).
Untuk menjalankan peran memperkuat kembali ideologi Pancasila, pemerintah ingin menyerap aspirasi dan menerima masukan dari para raja, keturunan raja dan sultan dari keraton se-Nusantara.
Dengan aspirasi tersebut, akan dijadikan bahan pemerintah agar lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan. Kebijakan yang diambil terkait dengan keraton maupun kesultanan di Indonesia harus ada simbiosis mutualisma atau saling menguntungkan.
“Semua sepakat NKRI harus dipelihara, kami mencari cara untuk lebih memperkuat nilai ideologi Pancasila dengan menyerap aspirasi mereka,” ucapnya.
Upaya menjaga keutuhan NKRI, meminta para raja, sultan maupun pimpinan keraton se-Nusantara ambil bagian pada proses pembinaan bela negara. Simbiosis positif ini kita akan dapat membangun kerja sama, baik dalam menjaga stabilitas nasional, politik, keamanan dan ekonomi.
Hingga saat ini, keraton masih memiliki pengaruh di masyarakat. “Dengan pengaruh itu saya ingin mengajak beliau-beliau untuk mengambil bagian dari bagaimana membumikan kembali perkuat kembali pemahaman Pancasila sebagai ideologi negara,” tandasnya.
Sebelumnya, Wiranto menegaskan, penerapan bela negara harus dengan cara witing tresno jalaran soko kulino, sebuah peribahasa Jawa yang berarti tumbuhnya cinta karena telah terbiasa. Hal itu dikaitkan dengan perasaan cinta dan bela Tanah Air yang dirasakan publik karena terbiasa.
“Di Indonesia diwujudkan dalam banyak slogan, naik becak, masuk restoran, taksi, semua ada slogan bela negara, seperti slogan ‘Saya Pancasila’,” ujar Wiranto di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (9/8/2017).
Usai pulang dari Turki, Wiranto bercerita ada nilai yang bisa dia petik. Turki berbatasan dengan Suriah, negara tempat bernaungnya ISIS, sebenarnya ingin membuat tembok pembatas. Namun, hal itu sulit dilakukan, sehingga Turki memilih untuk membuat ‘tembok’ di hati warganya.
“Bendera-bendera besar Turki dikibarkan di mana-mana, dan bisa dibilang rasio terorisme di Turki kecil, padahal negaranya berbatasan dengan Suriah,” pungkasnya.[Mus]