Dampak Jika Orangtua Terlalu Banyak Belikan Anak Mainan
Sabtu, 8 Juli 2017
Indonesiaplus.id – Apresiasi orangtua terhadap anak, salah satunya diberikan berupa mainan. Di saat bersamaan mainan juga menjadi sarana orangtua memanjakan anak. Tapi jangan pula membelikan terlalu banyak mainan, kenapa?
Menurut pakar pola asuh anak, Maggie Dent, sering mendapat keluhan dari para orangtua yang mengaku membelikan banyak mainan untuk anak-anaknya, tetapi si anak hanya memainkan yang itu-itu saja.
Dent menilai bahwa cara terbaik mengelola mainan anak adalah ‘membuangnya’ tiap berapa bulan sekali. Saran itu didasarkan pada penelitian yang dilakukan di Jerman 20 tahun lalu. Saat itu peneliti mencoba menyembunyikan mainan yang ada di sebuah taman kanak-kanak tiap tiga bulan sekali.
Baru sehari mainan itu diambil, anak-anak yang ada di sekolah tersebut tampak bosan dan kebingungan. Namun kemudian mereka mulai menggunakan imajinasinya untuk bermain.
“Keesokan harinya mereka sudah bermain-main sendiri dengan memanfaatkan furnitur yang ada, misal kursi atau karpet,” katanya.
Anak-anak memang paling tak tahan bosan, tetapi jika orang dewasa atau orang tua tidak segera memberikan mainan atau sesuatu yang bisa mereka jadikan mainan, maka anak-anak masih bisa termotivasi untuk mengatasi kebosanan itu dengan menciptakan keseruan sendiri.
Tidak berarti anak tidak diberi mainan sama sekali. “Kurangi dua-pertiga mainan anak yang ada dan simpan di gudang. Setelah tiga bulan, keluarkan lagi mainan itu,” saran Dent seperti dilaporkan ABC Australia.
Dengan begini, Anda tak perlu membeli mainan baru setiap waktu. Lagipula anak mudah lupa jika pernah punya mainan itu sehingga ketika melihat mainan yang ‘disembunyikan’ selama tiga bulan itu, mereka merasa itu mainan baru.
Selain itu, ajarkan pula kepada anak untuk terbiasa menyumbangkan sebagian mainan mereka kepada orang lain, sebagai bagian dari pelajaran berbagi. Ketika anak diajari berbagi, mereka juga akan memahami bahwa orang tua tidak selalu bisa memberikan apapun yang diinginkan buah hatinya.
Di saat yang bersamaan orang tua bisa melatih anak untuk berkontribusi ketika menginginkan sesuatu. “Misal mereka ingin sesuatu yang mahal, akan lebih baik jika mereka ikut berkontribusi untuk mendapatkannya, misal dengan menabung. Dengan begini mereka juga lebih menghargai apa yang mereka miliki,” ujarnya.
Para orangtua pun demikian. Saat akan membelikan mainan, Disarankan agar tidak sembarangan memilih mainan. Dari berbagai studi disebutkan bahwa kebanyakan dari kita membelikan mainan yang tidak merangsang kreativitas dan kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah.
“Jika tidak mendorong kreatifitas, maka bisa lebih baik dengan memberikan hadiah berupa pengalaman seperti mengajaknya ke kebun binatang,” tandasnya.[Mas]