Utang Luar Negeri Indonesia Rp 4.636 Triliun, BI Klaim Masih Terkendali
Selasa, 16 Januari 2018
Indonesiaplus.id – Hingga akhir November 2017, Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar 347,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4.636,455 triliun dengan kurs Rp 13.350 per dollar AS.
Secara tahunan, jumlah tersebut naik 9,1 persen. “Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN sektor swasta dan sektor publik masing-masing mengalami peningkatan,” tulis pernyataan resmi BI, Selasa (16/1/2018).
ULN swasta November 2017 sebesar 170,6 miliar dollar AS atau tumbuh 4,2 persen, lebih tinggi dari 1,3 persen pada bulan sebelumnya. Sedangkan ULN sektor publik tercatat 176,6 miliar dollar AS di periode yang sama atau tumbuh 14,3 persen, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 8,4 persen.
Untuk jangka waktu asal, struktur ULN Indonesia pada akhir November 2017 masih aman. ULN tetap didominasi ULN jangka panjang yang memiliki pangsa 85,7 persen dari total ULN dan pada November 2017 atau tumbuh 7,5 prrsen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 3,9 persen.
“Sementara itu, ULN berjangka pendek dengan pangsa 14,3 persen dari total ULN tumbuh 19,8 persen (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2017, yakni 10,8 persen (yoy),” tulis BI.
Dari sisi sektor ekonomi, ULN swasta pada akhir November 2017 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih (LGA), serta pertambangan. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 77,6 persen, sedikit meningkat dibandingkan dengan pangsa bulan sebelumnya, yakni 76,9 persen.
Secara tahunan ULN di sektor keuangan, industri pengolahan, dan LGA tercatat meningkat. Di sisi lain, ULN di sektor pertambangan secara tahunan tercatat mengalami pertumbuhan negatif.
Namun BI mengklaim perkembangan ULN November 2017 masih terkendali. Tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang pada akhir November 2017 tercatat stabil di kisaran 34 persen.
Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara lain sekawasan. “BI terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk meyakinkan, bisa berperan optimal mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang memengaruhi stabilitas perekonomian nasional,” pungkas laporan BI.[Sal]