ECONOMY

Riset Kadence: 28 Persen Gaya Hidup Orang Indonesia Konsumtif

Senin, 2 Oktober 2017

Indonesiaplus.id – Sudah menjadi pemandangan biasa saat orang berbondong-bondong datang ke pusat perbelanjaan karena ada diskon besar-besaran? Banting harga untuk produk merek terkenal? Atau iming-iming hadiah menarik?

Juga, masih ingatkah beberapa waktu yang lalu di salah satu pusat perbelanjaan di jantung kota Jakarta, masyarakat sampai antre untuk mendapatkan sepatu olahraga merek tertentu yang sedang cuci gudang.

Hem…, beritanya tersebar cepat melalui media sosial, bahkan di beberapa group WA menjadi pembicara hangat para membernya. Sebenarnya mereka butuhkah dengan barang itu untuk saat ini? Mungkin memang ada yang sedang butuh, namun pastinya banyak juga yang hanya sekedar berkeinginan untuk memilikinya karena sedang diskon. Itu semua memang pilihan,tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Pernahkah melihat orang suka membeli barang hanya demi meningkatkan gaya hidup, gengsi, pamer agar terpandang lebih terhormat oleh orang lain? Pakai jam tangan bermerek, pakai baju necis dengan dasi yang beraneka warna, pakai parfum impor yang wanginya membuat mabuk kepayang, pakai sepatu mengkilap dengan merek ternama, kalau posting di medsos selalu pamer makan di restoran?.

Tunggu dulu, semuanya dibeli dengan cara menggesek pakai kartu sakti. Terus gajinya lari ke mana? Kalau merupakan bagian dari kedua fenomena di atas, sama saja artinya kita termasuk orang yang merasa kaya dan banyak uang tapi nyatanya tak berdaya. Hanya semata-mata mempertahankan gaya hidup konsumtif.

Riset  International Indonesia menyebutkan, 28 persen orang Indonesia memiliki kebiasaan gaya hidup konsumtif yang tidak sehat. Pengeluaran mereka jauh lebih besar dari penghasilan yang didapatkan. Pasalnya, banyak yang beranggapan konsumerisme menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang.

Saat seseorang sudah mampu menunjukkan eksistensi dirinya di depan orang lain, maka ‘cap’ kesuksesan melekat pada dirinya. Semua eksistensi yang melekat padanya adalah hasil dari berutang.

Cenderung suka berbelanja dan menghabiskan uang, walaupun sebenarnya gajinya pas-pasan. Buat dia yang penting gaya, urusan utang numpuk itu nanti saja mikirnya, pikirnya masih ada kartu kredit yang bisa menyelamatkannya.

Tidak ada jalan lain jika ingin terbebas dari gaya hidup seperti ini dan sebelum masuk lebih dalam dari jebakan finansial, harus bisa mengendalikan diri. Itu yang paling utama harus kita lakukan, karena berawal munculnya dari dalam diri kita. Barulah mulai menerapkan pola hidup hemat dan sederhana. Karena sebesar apapun gaji yang diterima, kalau kita selalu merasa kaya atau banyak uang pasti akan terpedaya untuk menghabiskannya.

Prioritaskan dulu kebutuhan yang memang kita perlukan untuk sekarang dan masa yang akan datang. Tahan dulu keinginan untuk sementara waktu sambil review kondisi keuangan, perbaiki cara pengelolaan pengeluaran dan susun kembali perencanaan keuangan dengan benar.

Pada akhirnya untuk menghindari itu semua, harus belajar mengendalikan emosi agar tidak mudah membeli hal kurang penting dan hanya sekedar memenuhi gaya hidup. Pikirkan penghasilan saat ini adalah untuk mempersiapkan masa depan lebih baik. Jangan terpedaya keinginan sesaat namun membawa muradhat buat kehidupan kelak.

Untuk mengubahnya bisa lakukanlah langkah-langkah yang bisa menahan diri kita berperilaku konsumtif:

Ubahlah pola pikir
Semurah apapun barang yang ditawarkan kalau memang kita belum membutuhkan buat apa dibeli. Dengan membeli uang kita akan terkuras habis. Walau murah jika dilakukan berulang-ulang akan habis juga kan uang kita.

Lebih baik dibeli produk yang nantinya bisa menghasilkan dan menambah pendapatan. Lagi pula, barang diskonan bisa jadi untuk menghabiskan stok karena sudah lama tersimpan. Bisa jadikan kualitasnya sudah menurun, makanya dijual di bawah harga standar. Dengan pola pikir seperti itu sedikit banyak kita jadi ragu untuk membelinya hehehe.

Susun anggaran belanja
Anggaran belanja otomatis pengeluaran akan terkontrol. Uang yang dikeluarkan sesuai dengan yang sudah disusun sebelumnya. Dengan cara ini pengeluaran kita akan jauh lebih terkontrol dengan baik.

Juga, akan lebih berhati-hati dalam menggunakan uang, karena sudah ada pos masing-masing. Kalaupun harus belanja di luar anggaran, artinya kita harus mengorbankan pos yang lainnya.
Siapkan uang tunai secukupnya, cukup dalam arti kata tidak kekurangan dan kalau pun ada lebih tidak terlalu banyak tentunya.

Hindari bawa uang tunai terlalu banyak
Bisa dipasti ada saja godaan menjebak untuk membeli sesuatu. Kalau sudah pegang uang banyak itu rasanya gatal inginnya dihabiskan saja tuh uang, kalau tidak kuat pasti terpancing untuk belanja lebih banyak lagi dan lagi.

Kurangi jalan-jalan ke pusat perbelanjaan
Godaan harus bisa hindari. Tidak percaya?? Coba saja deeh hitung dalam satu bulan berapa kali ke mal. Terus berapa uang yang dihabiskan. Awalnya sih hanya sekedar jalan-jalan saja cari hiburan. Lama kelamaan apakah habis mutar-mutar mal nggak capek? So pastinya akan mencari tempat istirahat, minimal di tempat yang ada jual minuman. Jadinya keluar uang juga kan..??

Saatnya merubah pola gaya hidup hemat dengan mengedepankan kebutuhan dan membendung keinginan akan membuat kita lebih berdaya. Sehingga di kemudian hari kita dapat menikmati uang kita dan merasa jauh lebih kaya.[Sal]

Related Articles

Back to top button