ECONOMY

Prediksi Harga Emas Hari ini Terus Mengalami Penguatan

Indonesiaplus.id – Diprediksi harga emas terus bergerak menguat melampaui level US$1.800 per troy ounce, level yang belum pernah dihinggapi emas sejak 8 tahun lalu.

Data Bloomberg mencatat bahwa perdagangan Kamis (9/7/2020) hingga pukul 2.52 WIB, harga emas di pasar spot bergerak menguat 0,81 persen ke level US$1.809,39 per troy ounce.

Untuk harga emas berjangka kontrak Agustus 2020 di bursa Comex bergerak menguat 0,49 persen ke level US$1.818,8 per troy ounce.

Menurut Kepala Analis Pasar EMEA dan Asia StoneX Group Rhona O’Connell kekhawatiran pasar terhadap masih berlangsungnya pandemi Covid-19 dan bahkan di beberapa negara menunjukkan sinyal adanya penyebaran gelombang kedua telah meningkat.

“Masih ada ketidakpastian yang berimbas pelaku pasar mulai terus berpihak terhadap emas,” ujar Rhona seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (8/7/2020).

Sebelumnya Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Suabi menilai reli penguatan emas diperkirakan akan terganjal oleh prospek perbaikan ekonomi pasca penerapan New Normal.

Pesimistis emas akan menyentuh level US$2.000 per troy ounce dalam jangka panjang seiring dengan potensi pemulihan ekonomi sehingga membuat investor mulai kembali memilih instrumen seperti obligasi dan saham dibanding emas.

Juga, dia menilai persaingan penemuan vaksin ataupun antivirus corona di dunia juga kian positif. Hal ini juga akan menumbuhkan optimisme pasar terhadap ekonomi, tetapi sekaligus melunturkan kilau emas.

“Berbagai kondisi ini lah yang mengganggu emas menuju level US$2.000, kalau sudah sampai US$1.900-an saja sudah bagus sekali, karena tarik menarik virus corona dan obat penawarnya ini kuat sekali,” ungkapnya.

Sehingga, dia memprediksi harga emas masih akan menguat dalam waktu terbatas. Hingga kuartal III/2020, diperkirakan harga emas dapat mendekati US$1.900 per troy ounce, tetapi pada akhir tahun akan turun ke kisaran US$1.700 per troy ounce.

Pada Juni 2020, Goldman Sachs menilai suku bunga acuan AS yang bisa turun ke area negatif dan yield obligasi tenor panjang yang tidak lagi menarik akan mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset investasi yang aman.

Terlebih, adanya kekhawatiran penurunan nilai mata uang dan potensi lonjakan inflasi yang juga akan menjadi katalis positif bagi harga emas.

Goldman Sachs pun memperkirakan emas bakal mencapai rekor baru di posisi US$2.000 per troy ounce dalam 12 bulan ke depan.[sal]

Related Articles

Back to top button