Mulai Berjaya Lagi, Harga Minyak Global Tembus USD 85 Per Barel

Indonesiaplus.id – Pada Jumat (15/10/2021), harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam 3 tahun di atas USD 85 per barel.
Kenaikan harga tersebut didorong oleh perkiraan defisit pasokan dalam beberapa bulan ke depan karena pelonggaran pembatasan perjalanan terkait Covid-19 yang memacu permintaan minyak.
Sedangkan, pada Sabtu (16/10/2021), harga minyak mentah berjangka Brent naik 1 persen ke level USD 84,86 per barel. Harga ini menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2018 di USD 85,10, menuju kenaikan pekanan sebesar 3 persen, yang akan menjadi kenaikan pekanan keenam berturut-turut.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 97 sen atau 1,2 persen le level USD 82,28 per barel. Kontrak minyak ini menuju kenaikan 3,5 persen pada pekan ini, menempatkannya di jalur untuk kenaikan pekanan kedelapan berturut-turut.
Sedangkan, untuk permintaan minyak meningkat dengan pemulihan dari pandemi COVID-19, dengan dorongan lebih lanjut dari pembangkit listrik yang beralih dari gas dan batu bara yang mahal ke bahan bakar minyak dan solar.
Menruut Gedung Putih akan mencabut pembatasan perjalanan COVID-19 untuk warga negara asing yang sudah divaksinasi penuh per 8 November. Hal ini akan meningkatkan permintaan bahan bakar jet.
Penurunan tajam dalam stok minyak di Amerika Serikat dan negara-negara anggota Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi diperkirakan akan membuat pasokan global tetap ketat.
“Dibutuhkan tiga peristiwa menggagalkan reli harga minyak ini,yaitu OPEC+ secara tak terduga meningkatkan produksi, cuaca hangat melanda Belahan Bumi Utara dan jika pemerintahan Biden memanfaatkan cadangan minyak strategis,” tutur Edward Moya, seorang analis pasar senior di OANDA.
Badan Energi Internasional pada perdagangan Kamis mengatakan krisis energi diperkirakan akan meningkatkan permintaan minyak sebesar 500.000 barel per hari (bph).
Hal ini akan menghasilkan kesenjangan pasokan sekitar 700.000 barel per hari hingga akhir tahun ini, sampai negara-negara OPEC+, menambahkan lebih banyak pasokan, seperti yang direncanakan pada Januari.[tat]