POLITICS

Khawatir Chaos, Wiranto: Ada Pengusaha Tinggalkan Indonesia

Rabu, 10 April 2019

Indonesiaplus.id – Menjelang Pemilu 2019 ada rasa khawatir dari sejumlah pengusaha akan terjadi kerusuhan. Mereka pun memilih meninggalkan Indonesia. Tidak sedikit pengusaha memboyong keluarganya ke luar negeri untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Kondisi tersebut diakui oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto bahwa WNI meninggalkan Indonesia sebelum hari pencoblosan termakan isu hoaks yang menyebut Pemilu 2019 berpotensi chaos.

Wiranto menilai banyaknya WNI yang meninggalkan Indonesia pada saat Pemilu 2019 diketahui dari data pemesanan tiket keluar negeri.

“Saya cek berapa sih tiket sebelum pemilu sudah terjual ke luar negeri, ternyata cukup banyak,” ujar Wiranto dalam pidatonya di acara Penyerahan Sertifikat HKI dan Akta Pendirian Badan Hukum kepada Pelaku Ekonomi Kreatif di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (8/4/2019).

Pemerintah telah melakukan segala cara untuk meyakinkan bahwa Pemilu 2019 aman, sehingga beberapa WNI akhirnya membatalkan kunjungannya ke luar negeri sebelum hari pencoblosan.

“Ada beberapa teman berencana ke luar negeri sebelum pencoblosan karena percaya hoaks dan takut. Tetapi banyak mereka yang sudah membatalkan diri. Kemarin di Jakarta saya juga sudah mengumpulkan pengusaha, saya jelaskan masalah ini, dan mereka membatalkan pergi ke luar negeri,” katanya.

Kondisi politik dalam negeri jelang pencoblosan, hal lumrah. Tapi, tensi politik tidak boleh dijadikan dasar untuk berkonflik dan bertempur.

Kendati demikian, Wiranto tetap meminta semua pihak agar kondisi ini tidak dijadikan alasan untuk berkonflik.

“Saya ini kan ikut pemilu enggak baru sekarang saja, sudah dari 1999 dulu, sebagai Panglima TNI juga sudah memutuskan untuk netral. Kalau kemudian politik saat ini jadi panas jelang pemilu, itu hal biasa,” katanya.

Jika ada perbedaan pendapat dan referensi politik di masyarakat, tak perlu dirisaukan. Tapi, persatuan harus tetap terjaga dengan saling menjaga kemananan, agar tak menimbulkan konflik.

“Soal perbedaan itu biasa. Tapi tidak perlu kondisi politik panas sampai meledak. Kita harus saling menjaga dan pemilu kan ajang untuk memilih pemimpin, bukan mengadu pemimpin,” ungkapnya.

Memang kondisi politik panas, perlu dinetralisir dengan kesadaran masyarakat bahwa pemilu menjadi momen untuk bersatu. Hal itu, selalu ia ungkapkan ketika memberikan pidato di sejumlah acara.

Pemerintah meminta masyarakat tak perlu bertengkar hanya karena perbedaan referensi politik. Namun yaang terpenting adalah memilih pemimpin terbaik berdasarkan pengalaman dan jejak kepemimpinanya.

“Tidak perlu kita bertempur, apalagi berperang. Yang ada itu kita hanya memilih pasangan terbaik, kan sudah ada calonnya, tinggal dipilih mana punya pengalaman dan jejak kepemimpinanya serta kompetensi,” pungkasnya.[mus]

Related Articles

Back to top button