Kejanggalan di Balik Fit and Proper Test, Gerindra: Kita Ingin Ketua MK Baru
Selasa, 28 November 2017
Indonesiaplus.id – Fit and proper test atau uji kepatutan dan kelayakan calon tunggal Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat, Senin (27/11/2017). Namun, batal karena terjadi perdebatan.
Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa, bahwa agenda menghadirkan Arief sebagai calon hakim MK, yang kini menduduki Ketua MK berbuah perdebatan lantaran dinilai menyalahi prosedur. Masa jabatan Arief sendiri diketahui habis pada April 2018.
“Benar-benar ini lucu, Pak Arief Hidayat akan diproper. Kan harusnya Komisi III rapat dulu pleno menentukan apakah Pak Arief Hidayat itu diperpanjang atau tidak,” ujar Desmond, Senin (27/11/2017).
Pimpinan Komisi III lainnya, Trimedya Pandjaitan dinilai telah melakukan seleksi secara tidak transparan dengan memilih Arief sebagai calon tunggal Hakim MK. Pemilihan ini tanpa didahului rapat pleno di internal Komisi III.
“Kesimpulannya Arief Hidayat kalau diperpanjang tidak perlu juga di-proper. Tiba-tiba Trimedya langsung mem-proper. Jadi, ada sesuatu yang kesalahan prosedur yang harus diperbaiki oleh Komisi III,” ungkapnya.
Diduga ada nuansa politis di balik agenda fit and proper test Arief sebagai calon tunggal Hakim MK di Komisi III. Unsur politis tersebut disebut berkaitan dengan dugaan keberpihakan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bila Hakim MK dipimpin selain Arief Hidayat.
“Sebelumnya memang Pak Arief gencar juga lobi-lobi gitu loh. Lobi-lobi dengan alasan dia ingin diperpanjang karena mendekati partai-partai dengan argumentatif kalau dia enggak terpilih, nanti yang gantiin dia Saldi Isra. Saldi Isra itu dianggap pro-KPK,” terangnya.
Pasal 22 UU Nomor 24 Tahun 2003 Jo UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), masa jabatan hakim MK adalah 5 tahun dan dapat diperpanjang satu kali masa jabatan. Selain Arief Hidayat, Hakim MK Saldi Isra beserta tujuh hakim MK lainnya juga berpeluang menjadi ketua.
“Saya kira esensi sebenarnya itu karena ada lobi-lobi aja, lobi lobi politik. Kalau itu fit and proper saya pikir tidak memahami tata tertib. Seharusnya ada rapat pleno dulu apakah kita perpanjang atau tidak,” tandasnya.
Partai Gerindra menolak agenda fit and proper test terhadap Arief Hidayat. Selain itu, ia mengklaim Demokrat juga berpandangan serupa dengan pihaknya.
“Sudah tentu kita nolak. Kita pingin ada yang baru. Jangan Pak Arief terus siapa lah. Yang penting bagi kami di Gerindra ada wajah baru bikin sejarah baru. Pada waktu saya ngomong sama Benny (Demokrat) mereka pingin ada yang baru juga. Ada beberapa partai lain juga,” tandasnya.[Mus]