POLITICS

Analisis Indef: Staf Khusus Jokowi, 94,97 Persen Dapat Sentimen Negatif Warganet

Indonesiaplus.id – Hasil analisis big data ditemukan 86.400 perbincangan berasal dari 55.700 akun di Twitter terkait kinerja staf khusus milenial Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Temuan berasal dari riset big data yang dilakukan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) yang diambil pada 7 hingga 17 April 2020, untuk menelusuri percakapan yang ramai beberapa pekan terakhir terkait kiprah staf khusus di lingkungan istana.

“Analisis sentimen big data ini, dengan hasil sangat mengejutkan di mana 94,97 persen bersifat negatif. Sisanya hanya 5,03 persen bernada positif,” ujar ekonom senior Indef Didik J Rachbini melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (30/4/2020).

Sentimen negatif ekstrem, kata Didik, dan adanya tekanan publik yang kuat menyebabkan dua staf khusus presiden dari kalangan milenial mengundurkan diri, yaitu Adhamas Belva Devara, dan Andi Taufan Garuda Putra.

“Pertengahan April 2020, perbincangan terhadap kiprah Andi Taufan, yang menyurati camat paling tinggi intensitas percakapannya disusul kiprah Belva dengan konflik kepentingan dimana perusahaannya ikut di dalam proyek Program Kartu Prakerja,” ungkapnya.

Didik membeberkan, bahwa usai 17 April 2020 perbincangan diperkirakan tidak surut, khususnya tentang Belva masih tinggi karena terkait implementasi Program Kartu Prakerja yang kontroversial di mata publik.

Dari ketujuh staf khusus Presiden Jokowi dari kalangan muda, ada dua orang yang sudah mengundurkan diri yaitu CEO Ruangguru, Adhamas Belva Devara, dan CEO PT Amartha Mikro Fintek, Andi Taufan Garuda Putra.

Kedua staf khusus Presiden itu dikritik lantaran Ruangguru terlibat dalam pengadaan Kartu Pra Kerja bernilai triliunan rupiah. Sedagkan, Amartha terlibat program Relawan Desa Lawan Covid-19 melalui suratnya kepada para camat se-Indonesia.[mus]

Related Articles

Back to top button