NATIONAL

PSTA LAPAN: Prediksi Puncak Kemarau Terjadi Pada Agustus 2018

Senin, 6 Agustus 2018

Indonesiaplus.id – Diperkirakan pada Agustus 2018 merupakan puncak dari musim kemarau. Awal musim kemarau sendiri sudah terjadi pada Juni 2018.

Demikian disampaikan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PSTA LAPAN).

Anggota tim variabilitas iklim 2018 PSTA LAPAN, Erma Yulihastin, mengatakan bahwa musim kemarau terlihat dari aspek angin Monsun dari arah Timur atau Tenggara yang sudah seragam (homogen) terjadi di Selatan Indonesia.

Selain angin Monsun, kata Erma, tingkat suhu dan aspek kekeringan di udara serta liputan awannya menguatkan prakiraan puncak musim kemarau yang terjadi saat ini.

“Normalnya puncak kemarau biasanya pada Agustus dan berakhir Oktober.Lalu, November berganti arah angin sudah berubah dari angin timuran menjadi baratan hingga menjadikan tanda-tanda datangnya musim hujan. Jadi kita perlu memantau terus ini, seperti apa perubahan anginnya kalau dari secara umum seperti itu,” ujar Erma di Bandung, Minggu (5/8/2018).

Sekarang ini, di Samudera Pasifik sedang terjadi dua gangguan anomali cuaca yaitu berpeluang El Nino dan La Nina. Erma menyebutkan kemungkinan terjadinya gangguan El Nino dan La Nina terus meningkat sebesar 65 persen.

Kondisi El Nino diperkirakan akan terjadi pada September, Oktober, dan November 2018. Hal itu berdasarkan penelitian internasional yang diterbitkan oleh Universitas Columbia.

Pernyataan itu dikuatkan otoritas pemantau cuaca Australia yang memperlihatkan dari delapan model pemantauan pemanasan global, lima model pemantauan global cuaca di antaranya menunjukkan akan terjadinya anomali cuaca El Nino pada tiga bulan menuju penghujung tahun ini.

Tetapi model otoritas pemantau cuaca Australia sendiri disebutkan normal. “Sedangkan lima model pemantau cuaca global di antaranya dari Amerika dan Inggris memperkirakan adanya El Nino di September, Oktober dan November. Ini jadi masalah kalau El Nino ke wilayah kita,” tandasnya.

Prakiraan terjadinya El Nino tersebut berdampak panjangnya musim kemarau di Indonesia yang memicu di antaranya musim kekeringan dan asap kebakaran hutan yang sulit dipadamkan. Pemerintah Indonesia diharapkan harus mengantisipasi akan dampak kondisi cuaca global tersebut.

LAPAN memperkirakan November 2018, musim kemarau terus berlanjut akibat adanya anomali El Nino. Namun perkembangan cuaca itu akan dipantau kembali pada bulan September 2018 kemungkinan perubahan kondisi cuaca.[Sap]

Related Articles

Back to top button