HUMANITIES

Komentar Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Soal Gaj Ahmada

Senin, 19 Juni 2017

Indonesiaplus.id – Baru-baru ini warganet diramaikan perbincangan nama asli Patih Kerajaan Majapahit yang selama ini di kenal Gajah Mada menjadi Gaj Ahmada.

Perdebatan di media sosial bahwa Kerajaan Majapahit adalah kesultanan dan Gaj Ahmada beragama Islam. Informasi yang viral di media sosial disebutkan bahwa kesultanan Majapahit berasal dari penelitian yang kemudian dijadikan buku dengan judul “Kesultanan Majapahit: Fakta Sejarah yang Tersembunyi”.

Buku diterbitkan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta.

Menurut Wakil Ketua PD Muhammadiyah Kota Yogyakarta yang membawahi LHKP, Ashad Kusuma Djaya, bahwa tidak ada campur tangan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta dalam penulisan buku Kesultanan Majapahit.

“Kami hanya memfasilitasi kajian, kemudian yang ikut diskusi dan kajian itu patungan untuk menerbitkan buku. Tidak ada dana dari Muhamamdiyah,” ujar Wakil Ketua PD Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Ashad Kusuma Djaya, Sabtu (17/06/2017) malam.

Kegiatan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta adalah berdiskusi dan melakukan kajian bersama dengan berbagai komunitas.

“LHKP isinya adalah komunitas anak muda yang senang dengan isu-isu alternatif,” ucapnya.
Ashad mengaku mengenal baik Herman Sinung Janutama, penulis buku “Kesultanan Majapahit” karena sama-sama pemerhati budaya Jawa.

Sosok Herman Sinung Janutama memiliki komunitas dan menjadi salah satu yang diundang dalam kegiatan diskusi LHKP. Metode penelitian yang dilakukan oleh Herman Sinung Janutama menarik untuk didiskusikan dan dikaji.

“Itu bukan kegiatan tunggal, artinya kita ada juga diskusi dan kajian dengan lainnya. Kita juga ada kajian dengan Sifu Yonatan, Biksu Budha,” katanya.

Namun, karena lembaga diskusi dan kajian tersebut tidak mempunyai legalitas, maka buku tulisan Herman Sinung Janutama diterbitkan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta.

Buku diterbitkan pada tahun 2010 lalu sebanyak 1.000 eksemplar dan hanya untuk kalangan sendiri. “Saya juga kaget, sudah buku Mas Herman itu terbit tahub 2010 lalu, sekarang viralnya,” tuturnya.

Dikatakannya, kutipan yang menjadi viral media sosial banyak tidak sesuai dengan di buku tulisan Herman Sinung Janutama. Seperti nama Gaj Ahmada itu tidak ada di buku yang ditulis Herman Sinung Janutama.

“Adanya Gajah Ahmada, misalnya dalam bahasa Sansekerta itu kan Nusantara itu sesungguhnya Nusa Antara, Gajah Mada dalam terminologi yang ditemukan Mas Herman itu Gajah Ahmada, kalau Gaj Ahmada itu menyalahi susatra jawa,” tegasnya.

Ashad mengaku tidak mengenal Arif Barata yang menjadi rujukan soal Gaj Ahmada sehingga viral di media sosial.

“Arif Barata yang menjadi sumber banyak viral itu saya tidak kenal, selama kegiatan kajian-kajian itu juga tidak nampak. Ada nama Arif Barata, tetapi lain. Saya kenal dan saat ini masih menjadi staf saya,” tandasnya.[Mor]

Related Articles

Back to top button