Pemuda Muhammadiyah: Rakyat Tak Perlu Diajari Sikap Toleransi
Minggu, 21 Mei 2017
Indonesiaplus.id – Refleksi 19 Tahun Reformasi digelar Pemuda Muhammadiyah: Menggembirakan Demokrasi dan Tribute to Amien Rais di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/5/2017) malam.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menegaskan, bahwa Indonesia tidak bermasalah dengan demokrasi dan toleransi, seperti yang digembar-gemborkan kelompok masyarakat tertentu.
“Tidak ada masalah dengan demokrasi, kita nggak perlu diajarkan toleransi. Bertoleransi ialah genetika orang Indonesia. Toleransi sudah jadi DNA-nya orang Indonesia. Jadi nggak perlu mengatakan toleransi kita diambang batas bahaya, karena toleransi adalah genetika bangsa,” ujar Dahnil dalam pidato sambutannya.
Jika ada pihak yang menuduh umat Islam intoleran, itu merupakan bentuk perlakuan tidak adil. Sebab, saat ini bangsa Indonesia ditakut-takuti dengan isu makar, dan lain sebagainya.
“Kalau ada yang menuduh umat Islam tidak toleran, itu tidak adil. Pesan selanjutnya ialah lawan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hutang sejarah ialah perlawanan terhadap KKN,” katanya.
Lebih dari itu, Dahnil menilai era Orde Baru dan era Reformasi tidak banyak berubah dalam hal praktik korupsi. Praktik rasuah ?itu hanya bergeser dari sentralistik menjadi desentralisasi. “Korupsi kita nggak banyak berubah, kalau dulu tersentral, sekarang desentralisasi,” ucapnya.
Dalam acara ini, turut hadir tokoh reformasi Amien Rais, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, pengamat energi Marwan Matubara, Juru Bicara Komisi Yudisial (KY) Farid Wajdi, Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais, Komisioner Bawaslu RI Rahmat Bagja, serta tokoh-tokoh lainnya.[Mus]