Penerima Manfaat di 39 Panti Dilatih untuk Produktif dan Mandiri
Kamis, 19 Januari 2017
Indonesiaplus.id – Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kanya Eka Santi mengatakan, berbagai program yang telah dilaunching oleh Menteri Sosial akan dipertajam tahun ini, seperti penanganan anak jalanan, anak berhadapan dengan hukum, penutupan lokalisasi, dan stop pemasungan.
“Tahun ini, Ditjen Rehsos akan fokus pada berbagai program yang telah dilauncing Mensos, baik terkait penanganan anak jalanan, anak berhadapan dengan hukum, penutupan lokalisasi, dan stop pemasungan, ” ujar Kanya saat kunjungan di PSBN Tan Miyat, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (19/1/2017).
Program penarikan anak, kata Kanya, dari penjara orang dewasa dan anak berhadapan dengan hukum sebagai program yang terus dipertajam. Juga, termasuk secara bertahap penutupan lokalisasi prostitusi yang hingga kini menujukkan progres positif dan tersisa 35 lokalisasi.
“Memang, upaya penutupan lokalisasi prostitusi merupakan masalah mendasar yang menjadi perhatian kami dan hingga kini yang tersisa tinggal tinggal 35 lokalisasi, ” katanya.
Sementara itu, stop pemasukan sedang dalam proses panandatanganan nota kesepahaman atau MoU dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Data yang dirilis oleh Kemenkes menyatakan, terdapat 57 ribu orang yang dipasung di Indonesia.
“Penanganan stop pemasungan melibatkan kerjasama lintas kementerian/lembaga yang masih dalam proses penandatangan MoU antara Kementerian Sosial dengan Kemenkes, BPJS, Kementerian Dalam Negeri dan kementerian lainnya, ” tandasnya.
Terkait dengan kemandirian bagi para penerima manfaat di 39 panti sosial yang berada di bawah Kementerian Sosial. Sebenarnya, tidak hanya selama mereka di panti, melainkan setelah keluar panti pun agar tetap dilatih untuk produktif dengan berbagai keterampilan.
“Saat ini, sudah banyak panti yang memiliki aneka produk yang bisa dijual sebagai pemasukan negara bukan pajak. Namun, yang terpenting adalah menanamkan semangat bagi pada penerima manfaat untuk selalu produktif, sehingga bisa mendiri secara ekonomi, ” katanya.
Kepala PSBN Tan Miyat, Erniyanto mengatakan, dalam berbagai event yang diikuti telah meraih berbagai prestasi, seperti marching band netra, pijat refleksi, pembuatan batu cincin atau akik, dan camilan kripik buah.
“Berbagai prestasi itu merupakan kebanggan bagi kami. Ini mungkin di Indonesia dan dunia satu-satunya ada grup marching band netra dan telah meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri), ” katanya.
Selain itu, juga ada anak yang dengan kemampuan vokal yang luar biasa, yaitu Choky Sihendra dan Sammy. Tahun lalu, pada acara peringatan Hari Disabilitas Nasional ia bernyanyi di depan Presiden Joko Widodo.
“Dalam dunia yang serba terbatas itu ternyata terdapat potensi yang luar biasa, tentu kalau dilatih dan dikembangkan bisa menjadi prestasi yang membanggakan, ” ucapnya.[Hmd]