HUMANITIES

Dua Cara Kenalkan Pahlawan Bagi Generasi Bangsa

Minggu, 18 September 2016

Indonesiaplus.id – Hingga kini, masih banyak tokoh dan pahlawan yang belum dikenal masyarakat. Salah satu cara untuk mengenalkannya, yaitu dengan menggelar diskusi, meneliti dan terus mengkaji agar jejak dan semangat mereka bisa diteladani generasi bangsa.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, ada dua hal yang perlu dilakukan untuk mengenalkan tokoh pejuang dan pahlawan yang belum dikenal tersebut.

Pertama, bagaimana agar ada penghargaan dari pemerintah terhadap tokoh dan pahlawan, karena ada pahlawan cukup dikenal, kurang dikenal, hingga tidak dikenal. Misalnya, tokoh Mufreni Mukmin sebuah nama yang asing, tapi sosoknya dikenal dalam peristiwa rapat raksasa lapangan Ikada di Jakarta.

“Saya kira banyak hal yang harus dibenahi, seperti nama jalan menggunakan nama pahlawan. Hal itu tidak bisa sembarangan, sebab mengingatkan secara kolektif kenangan tokoh itu dalam sejarah,” ujar Hilmar Farid dalam sambutan acara Dialog Kebangsaan, “Peristiwa 19 September 1945, Massa Aksi dan Revolusi Pemuda di Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta, Minggu (18/9/2016).

Selain itu, harus terbentuk sebuah inisiasi kecil, kata Hilmar, seperti di Belanda nama pahlawan yang dipakai nama jalan ada keterangan tahun lahir dan wafat. Namun kondisi berbeda dengan di Tanah Air, setidaknya jangan sampai tokoh Cipto Mangunkusumo hanya dikenal sebagai halte pemberhentian bus.

“Kondisi demikian harus dirubah dengan bantuan teknologi digital. Jika dibuat dengan baik bisa menjadi lanskap ingatan dari sebuah kota, terlebih Jakarta sebagai Ibu kota negara, ” katanya.

Kedua, dalam pendidikan sejarah di sekolah nasibnya tidak jauh lebih baik, yaitu pelajaran sejarah ditempatkan dan dinomorduakan serta terkalahkan dengan pelajaran yang masuk Ujian Nasional(UN). Ke depan, sejarah harus menjadi pelajaran prioritas di sekolah.

“Komitmen dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, adalah bagaimana cara agar ada penguatan pendidikan karakter melalui pelajaran sejarah, baik secara individu maupun kolektif sebagai bangsa, ” tandasnya.

Berbekal kerja keras dan keseriusan dari Direktorat Sejarah. Tentunya, diharapkan bisa menyebarkanluaskan betapa pentingnya sejarah, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat.

“Penguatan karakter oleh Direktorat Sejarah cukup serius, sehingga perlu dibantu dengan kemampuan menyebarkan informasi dan mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang pentingnya sejarah, ” pungkasnya.[Hmd]

Related Articles

Back to top button