GLOBAL

Usia Jadi Kendala Para Imigran Dapat Pekerjaan di Jerman

Selasa, 18 September 2018

Indonesiaplus.id – Usia menentukan seorang imigran bisa mendapat pekerjaan atau tidak saat tiba di Jerman, sehingga jika melampaui usia yang ditentukan kemungkinan akan ketinggalan.

Demikian laporan OECD, sebuah organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Eropa (OECD mempublikasikan studi tahunannya tentang pendidikan di Jerman beberapa hari lalu.

“Pendidikan Sekilas Pandang”, demikian judulnya, mencakup situasi pendidikan di seluruh dunia, termasuk 36 negara anggota OECD, juga beberapa negara mitra, seperti Cina, Rusia, India, Arab Saudi dan Afrika Selatan.

Dalam laporan terungkap di sebagian besar negara OECD, orang dewasa yang dilahirkan di negara lain hanya memiliki kemungkinan kecil untuk mendapat pekerjaan, atau mendapat pendidikan serta pelatihan.

Austria dan Jerman adalah dua negara dengan perbedaan paling menyolok dalam hal ini, jika warga berusia 15-29 tahun yang lahir di luar negeri dibandingkan dengan yang lahir di negara tempat ia tinggal sekarang.

Di Jerman, 24% dari mereka dalam kelompok usia itu, yang lahir di luar negeri, tidak punya pekerjaan, juga pendidikan serta pelatihan. Warga Jerman dalam usia itu hanya 7% yang tidak mendapat baik pekerjaan, maupun pendidikan dan pelatihan.

Warga dewasa berpendidikan tinggi yang lahir di luar negeri tapi tiba di Jerman pada usia 15 tahun rata-rata memiliki pekerjaan, sama halnya dengan mereka yang lahir di Jerman. Keduanya sekitar 90%.

Namun hanya 76% dari mereka yang tiba di Jerman pada usia 16 atau lebih tua memiliki pekerjaan. Sepertiga lainnya tidak memiliki pekerjaan, juga tidak memiliki pendidikan dan pelatihan.

Warga asing yang punya pendidikan tinggi dan bekerja, jumlahnya lebih sedikit (78%) dibading warga Jerman berusia sama (91%). Seperempat (25%) orang dewasa yang lahir di luar negeri punya pendidikan tinggi,
Sementara jumlah orang dewasa berpendidikan tinggi yang lahir di Jerman hampir sama, yaitu 30%. Studi OECD tidak membedakan antara kualifikasi yang diperoleh dari universitas di luar dan di dalam Jerman.

Dari data yang diperoleh, diperkirakan mereka yang memiliki kualifikasi dan pengalaman dari luar negeri sulit mendapat pengakuan bagi pendidikan dan pengalaman mereka yang didapat di luar negeri.

Dalam studi tersebut mengungkap, halangan berupa bahasa dan diskriminasi saat mencari pekerjaan juga jadi faktor yang mempersulit.

Kerugian yang diderita dalam hal pendidikan dan di lapangan kerja berdampak pada keadaan sosio-ekonomi dan keadaan umum mereka. Hal itu disalurkan dari orang tua ke anak-anak mereka.[Fat]

Related Articles

Back to top button