PBB Perintahkan Selidiki Dugaan Kejahatan Presiden Duterte
Jumat, 23 Desember 2016
Indonesiaplus.id – Penyelidikan akan dilakukan terhadap pengakuan Presiden Rodrigo Duterte yang pernah secara langsung membunuh tersangka pengedar narkotika. Pengakuannya itu telah membuat dua senator setempat mengajukan upaya pemakzulan Duterte.
Komisi Hak Asasi Filipina, seperti dilaporkan BBC, Kamis (22/12/2016), akan menyelidiki sejumlah laporan yang terkait keberadaan regu pembunuh yang diyakini membunuh ratusan orang di Davao.
Kasus regu pembunuh di Davao (DDS) sebenarnya sudah pernah diselidiki tetapi komisi tidak mengajukan dakwaan kepada Duterte setelah menyelesaikan penyelidikannya.
Menurut Ketua Komisi, Jose Gascon, bahwa mereka sudah membentuk satu tim penyidik. “Tim akan melihat kepada setiap masalah yang mungkin memberi informasi lebih lanjut tentang pembunuhan di Davao yang menjadi subjek penyelidikan sebelumnya,” tandas Gascon.
Kepala Badan Hak Asasi PBB, Zeid Ra’ad Al Hussein, sebelumnya meminta agar Filipina menyelidiki laporan kematian banyak orang di Davao saat Duterte masih menjabat sebagai kepala daerah setempat.
“Pembunuhan yang dilakukan Duterte, yang diakuinya dilakukan saat masih menjabat wali kota, jelas merupakan pembunuhan,” kata Al Hussein.
Juru bicara Presiden Duterte menepis permintaan itu dan menganggapnya hanya sebagai sebuah pendapat. Berdasarkan hasil dari investigasi pelanggaran HAM yang diduga telah dilakukan Presiden Filipina Rodrigo Duterte selama puluhan tahun saat masih menjabat sebagai pemimpin Davao mengungkap sejumlah fakta mengejutkan terkait pria berusia 71 tahun tersebut.
Keksaksian bekas anggota DDS, Edgar Matobato di hadapan para anggota Komite Senat untuk keadilan dan HAM di Manila pada medio September lalu menunjukkan bahwa Duterte bukan hanya membunuh para penjahat narkoba melainkan juga para lawan politiknya.
Masih kata Edgar, selama 25 tahun sebelum dia memutuskan keluar dari DDS 2013 lalu, dia dan anggota DDS lainnya telah membunuh 1.000 orang atas perintah Duterte. Bahkan, salah seorang korban kebengisan Duterte sengaja diumpankan kepada buaya hingga akhirnya meninggal.
“Warga Davao dihabisi seperti ayam,” ujar Edgar saat itu seraya menambahkan bahwa selama dia aktif menjadi anggota DDS, kelompok tersebut fokus membunuh para kriminal dan musuh keluarga Duterte antara tahun 1988 hingga 2013.[Fat]