GLOBAL

Minggu Depan, Kedubes AS Resmi Dibuka di Yerusalem

Selasa, 8 Mei 2018

Indonesiaplus.id – Rencana pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, ditandari sejumlah pekerja mulai memasang penunjuk jalan serta sejumlah atribut.

Pembukaan Kedubes AS ini menurut rencana akan dilakukan, Senin (14/5) bersamaan dengan peringatan 70 tahun Hari Kemerdekaan Israel, sebuah langkah yang dipuji oleh Israel, tetapi dibenci Palestina.

Pekerja mendirikan papan-papan penunjuk jalan bertuliskan “Kedutaan Besar AS” dalam bahasa Ibrani, Arab, dan Inggris di sekitar lokasi, saat ini gedung konsulat AS, di lingkungan Kota Arnona.
Menghancurkan dengan dekade diplomasi AS dan konsensus internasional, Presiden Donald Trump mengumumkan pada 6 Desember pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan pengalihan kedutaan, yang sebelumnya berada di Tel Aviv.

Kedutaan mendapatkan pelantikan meriah Senin depan, bertepatan dengan peringatan 70 tahun berdirinya negara Israel. Dalam ukuran kecil, awalnya akan menempati bagian dari ruang kerja konsuler menunggu perencanaan dan pembangunan kedutaan dalam proyek jangka panjang menurut Departemen Luar Negeri AS.

Keputusan unilateral Trump menggembirakan Israel dan membuat marah orang-orang Palestina, yang ingin menjadikan bagian timur, terutama Palestina, bagian dari kota ibu kota negara masa depan mereka dan mengatakan keputusan Trump mengabaikan tuntutan mereka.

Pertanyaan Yerusalem adalah salah satu konflik paling sengit antara Israel-Palestina. Para pemimpin Palestina menolak untuk bertemu negosiator perdamaian Trump karena pemindahan kedutaan besar.

Pemindahan kedubes ini merupakan tindak lanjut dari pengakuan AS bahwa Yerusalem merupakan Ibu Kota Israel pada Desember 2017. Pengakuan sepihak yang disampaikan Trump itu mengundang kecaman internasional karena melanggar resolusi PBB.

Sebab, Palestina lebih berhak atas Yerusalem sebagai ibu kota negara di masa depan. Pengakuan ini juga memperuncing kebuntuan perjanjian damai Palestina-Israel di atas solusi dua negara.

Presiden Palestina Mahmud Abbas memutuskan tidak akan menerima AS sebagai mediator tunggal perjanjian damai ke depannya. Abbas tampaknya lebih percaya kepada Uni Eropa.[Fat]

Related Articles

Back to top button