GLOBAL

Di Sidang Brussel Perjanjian Brexit Disetujui Pemimpin Negara UE

Senin, 26 November 2018

Indonesiaplus.id – Pesetujuan dilakukan seluruh pemimpin negara anggota Uni Eropa pada sidang di Brussels, Minggu (25/11/2018). Menyetujui dan menandatangani kesepakatan Brexit yang dirancang Perdana Menteri Inggris Theresa May.

“Kesepakatan terbaik yang bisa didapat Inggris, juga bagi Eropa,” ujar Presiden Komisi UE Jean-Claude Juncker, seraya memperingatkan semua pihak yang keberatan untuk lebih terbuka memandang sisi positif hasil pertemuan Brussels.

Usai negosiasi selama 17 bulan dan ini benar-benar tawaran terbaik. Mereka yang mengira bisa menolak lantas menuntut kesepakatan lebih baik lagi pasti akan kecewa.

Dijadwalkan Inggris mengakhiri keanggotaan selama empat dekade pada 29 Maret 2019. Kesepakatan dalam sidang Brussels diwujudkan memuluskan kepergian Inggris (Brexit) dan melandasi ikatan kerja sama masa depan (pasca-Brexit).

May menghadapi pertempuran besar di Majelis Rendah, yang akan melakukan pemungutan suara apakah dua draf itu disetujui atau tidak. Anggota parlemen dari seluruh partai, termasuk partainya sendiri (Konservatif), sejauh ini bersuara menentang.

Sebab, kebanyakan tidak puas dengan draf rancangan May, dan asumsi bahwa Inggris bisa menawarkan alternatif lebih baik.

“Tidak ada negosiasi ulang, dan tidak ada ruang untuk bermanuver,” kata Kanselir Austria Sebastian Kurz, yang saat ini negaranya mendapat giliran mengampu jabatan kepresidenan di UE.

May sendiri setuju. Kepada jurnalis di Brussels, ia mengatakan: “Ini tawaran terbaik dan satu-satunya yang terbaik.”

Menurut Perdana Menteri Republik Irlandia Leo Varadkar, 27 pemimpin negara anggota UE telah membuat “keputusan sadar” untuk tidak membahas kemungkinan parlemen Inggris menolak butir-butir persidangan Brussels.

“Tidak ada Rencana B,” kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. “Ini sudah paling maksimal yang bisa kami lakukan.”

Rutte sendiri termasuk dalam beberapa pemimpin negara UE yang mengaku bersedih karena Inggris segera berjalan menuju pintu keluar. Kanselir Jerman Angela Merkel menyebutnya dengan istilah “tragis”.

“Hal Ini dalam pertemuan bersejarah dan hari bersejarah yang memunculkan rasa gundah,” katanya. “Tragis kiranya Inggris Raya harus meninggalkan UE setelah bersama-sama selama 45 tahun.” May tidak sedih, tapi antusias menyambut hari-hari berikutnya.

Kesepakatan Brussels itu mencakup masalah keuangan, hak warga negara, kesediaan Inggris untuk tetap membuka perbatasan Irlandia, dan fase transisi pasca-Brexit selama 21 bulan. Butir lainnya adalah Deklarasi Politik singkat yang bakal melandasi hubungan masa depan, termasuk keamanan wilayah, perdagangan, dan migrasi.

Hanya, sampai disetujui parlemen Inggris dan parlemen Eropa, semua pihak sadar akan adanya kemungkinan kegagalan, di mana Inggris bercerai dengan UE tanpa kesepakatan apa pun.

Presiden Parlemen Eropa Antonio Tajani menyuarakan jaminan bahwa “mayoritas” anggota parlemen Eropa mendukung hasil sidang Brussels. Sayangnya, situasi di London berbeda 180 derajat. Kader Partai Konservatif dan perwakilan Irlandia Utara di parlemen bersumpah akan menolak kesepakatan itu. Alasannya, Inggris masih terlalu dekat dengan UE.

Pemimpin Partai DUP (perwakilan Irlandia Utara) Arlene Foster mengatakan, Minggu, bahwa pihaknya akan “mengkaji ulang” dukungannya terhadap pemerintahan May jika kesepakatan itu disetujui parlemen. Alih-alih, ia menegaskan “jalan ketiga, jalan berbeda, jalan yang lebih baik”.

May kembali memastikan bahwa amanat rakyat yang dibebankan di pundaknya setelah referendum 2016 harus dilaksanakan.

“Ini kepentingan nasional dan semua orang seharusnya mendukung. Tidak perlu lagi menghabiskan waktu untuk berdebat tentang Brexit. Sekarang saatnya negara kita untuk melangkah ke depan,” ujarnya.[fat]

Related Articles

Back to top button