Data Ekonomi AS Cepat Membaik, Harga Emas Merosot Dua Persen
Indonesiaplus.id – Dampak data ekonomi Amerika Serikat (AS) lebih baik dari perkiraan, membuat harga emas merosot lebih dari dua persen dan harga perak anjlok lebih dari empat persen.
Juga, kekhawatiran akan perang dagang mereda karena AS dan China kembali sepakat kembali bertemu membahas mengenai kesepakatan perdagangan antara kedua negara.
Pada Jumat (6/9/2019) mengutip dari CNBC bahwa harga emas di pasar spot turun 2,1 persen ke level USD 1.520,60 per ounce. Untuk harga perak turun 4 persen menjadi USD 18,79 per ounce.
Sehingga, keduanya mengalami penurunan harian terburuk dalam lebih dari 2 tahun. Harga emas berjangka AS turun 2 persen menjadi USD 1.528,90 per ounce.
Untuk harga platinum turun sekitar 2,4 persen menjadi USD 962,00 per ons, usai menyentuh level terendah untuk hari Kamis di USD 940,50 per ons.
Terjadi kenaikan untuk gaji pegawai di sektor swasta mengalami kenaikan dan pertumbuhan di sektor layanan juga menguat. Hal ini mendorong kenaikan di pasar saham sehingga menekan harga emas.
Faktor lain terjadi adanya rencana pembicaraan antara AS dengan China terkait perdagangan juga memberikan angin segar di sektor saham.
“Untuk pasar emas disergap oleh data AS yang kuta. Data tersebut membuat pasar saham dan obligasi gembira dan mendorong penurunan emas,” ungkap analis BMI Tai Wong.
Pada Kamis (5/9/2019), harga Emas bergerak mendekati level tertinggi lebih dari 6 tahun terakhir. Didorong kebijakan imbal hasil obligasi 10 tahun AS yang merosot ke level terendah dalam tiga tahun terakhir).
Sementara adanya sedikit peningkatan pada sentimen risiko memperlambat kenaikan emas batangan. Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.551,14 per ounce.
Level ini mendekati minggu lalu yang sebesar USD 1.554,56, atau tertinggi sejak April 2013. Sementara harga emas berjangka AS naik USD 4,40 menjadi USD 1.560,40.
Harga emas bisa terus bergerak sedikit lebih tinggi, kekuatan makro pendorong besar adalah penurunan hasil global, yang tampaknya menyebar.
“Ketika Anda memiliki emas, setidaknya bisa mendapatkan uang kembali jika harga berubah. Jika Anda membeli obligasi negara, Anda tidak akan mendapatkan uang Anda kembali,” ucap Edward Meir, analis di INTL FCStone.
Laba hasil AS turun karena patokan hasil 10 tahun mencapai level terendah sejak Juli 2016, setelah data manufaktur AS menunjukkan kontraksi pertama sejak 2016 di tengah kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi global dan ketegangan perdagangan AS-China.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam pada Selasa lalu, akan lebih keras terhadap Beijing untuk masa jabatan kedua sebagai presiden, jika kembali terpilih kembali.[sal]