Berikut 4 Tren Kejahatan Siber di 2023 yang Harus Diwaspadai

Indonesiaplus.id – Perusahaan dan pemerintah harus waspada terhadap 4 tren kejahatan siber yang diperkirakan akan terjadi di 2023. Penjahat dunia maya diharapkan akan menjadi lebih agresif, melakukan serangan yang lebih terstruktur dan canggih, serta menargetkan perusahaan besar maupun pemerintah.
Diduga serangan yang paling berbahaya adalah memakai metode Malware-as-a-Service dan serangan melalui cloud. Demikian diungkap laporan Kaspersky Security Bulletin (KSB). Nah, berikut adalah jenis-jenis ancaman yang bakal menyentuh berbagai sektor di 2023, termasuk di Indonesia:
Pertama, pemerasan Ransomware Ransomware adalah malware yang mengunci data atau akses ke sistem dan meminta tebusan (ransom) dalam bentuk mata uang digital seperti Bitcoin untuk memulihkan akses. Pengguna harus membayar jumlah tertentu dalam waktu yang ditentukan, atau data akan hilang selamanya.
Ransomware sering menyebar melalui phishing email atau eksploitasi kelemahan dalam software Di 2023, ransomware akan semakin menggila. Di 2022 saja tercatat ada 500 ransomeware per bulan. Naik dari 200-300 ransomeware di 2021.
Kedua, Kebocoran data palsu Memposting tentang pemerasan menarik perhatian media. Hal ini bakal banyak dimanfaatkan grup-grup hacker untuk mengklaim bahwa mereka telah meretas sebuah perusahaan. Apakah peretasan itu benar-benar terjadi atau tidak, laporan kebocoran tersebut tetap dapat merugikan perusahaan.
Ketiga, semakin banyak kebocoran data pribadi, email korporat berisiko Para ahli memperkirakan tren kebocoran data pribadi akan berlanjut hingga 2023. Meski secara langsung memengaruhi privasi individu, keamanan siber perusahaan juga berisiko.
Banyak pegawai sering menggunakan alamat email kantor untuk mendaftar ke situs pihak ketiga, yang dapat terkena kebocoran data. Ketika informasi sensitif seperti alamat email dapat diakses publik, hal itu dapat menarik perhatian para penjahat dunia maya dan memicu potensi serangan terhadap organisasi di situs web darknet. Selain itu, data dapat digunakan untuk phishing dan rekayasa sosial.
Keempat, malware-as-a-service Para ahli juga memperkirakan serangan ransomware tumbuh karena munculnya teknologi malware-as-a-service (MaaS). Kompleksitas serangan akan meningkat. Artinya sistem otomatis tidak akan cukup untuk memastikan keamanan yang lengkap.
Teknologi cloud akan menjadi vektor serangan yang populer, karena digitalisasi meningkatkan risikokeamanansiber.[nan]