Korban Berjatuhan, Komisi IX: Pemerintah Perlu Evaluasi Penanganan Gizi Buruk

Kamis, 22 Februari 2018
Indonesiaplus.id – Setelah sempat menjalani perawatan di RSUD Tengku Mansyur, Tanjung Balai, Sumut. Fitri Fadilah, balita dua tahun meninggal dunia yang diduga menderita gizi buruk mengembuskan nafas terakhir pada Senin (19/2/2018).
Wakil Ketua Komisi IX DPR, Saleh Partaonan Daulay mengatakan, dari laporan masyarakat, balita gizi buruk itu meninggal karena terlambat dibawa ke rumah sakit. Orangtuanya tidak membawa balita itu karena persoalan ekonomi.
“Persoalan balita itu baru dapat dibawa ke RS setelah mendapat bantuan dan perhatian warga masyarakat,” ujar Saleh di Jakarta, Kamis (22/2/2018).
Dalam kesehariannya, kata Saleh, kedua orangtua balita tersebut mengandalkan hasil tangkapan laut.
“Penghasilan mereka sebagai nelayan tentu sangat tidak memadai untuk biaya pengobatan. Apalagi, pemerintah mungkin tidak mendaftarkan mereka sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) yang berhak menerima bantuan sosial,” katanya.
Namun yang jelas, kondisi gizi buruk tak hanya terjadi di Asmat, Papua. Tetapi, juga menimpa masyarakat lain. Sehingga perlu adanya evaluasi dari grand design pemerintah dalam menangani masalah gizi buruk ini.
“Kalau soal program, sudah banyak. Lihatlah, program rastra (beras sejahtera), PKH, KIP, KIS, dll, banyak. Tetapi belum menyelesaikan masalah. Presiden harus melihat di mana letak masalah sesungguhnya,” ucapnya.
Upaya menanggulangi masalah gizi buruk seperti ini, kementerian kesehatan telah memiliki program pembagian biskuit ke berbagai pelosok daerah. Ada banyak anggaran dialokasikan setiap tahun. “Bisa jadi, pembagian biskuit ini tidak efektif. Ini perlu juga dievaluasi secara baik”.[Sap]