Tangani Banjir Jakarta, Sejarawan: Perlu Pendekatan Kultur

Indonesiaplus.id – Memang perlu pendekatan infrastruktur untuk mengatasi persoalan banjir. Namun, juga perlu ada pendekatan kultur untuk menangani banjir yang rutin terjadi di Jakarta.
“Kita harus melakukan pendekatan infrastruktur, tapi ada peru pendekatan lain untuk masalah banjir yang kita lakukan yaitu pendekatan kultur,” ujar sejarawan JJ Rizal dan pendiri Penerbit Komunitas Bambu di Depok, Jawa Barat, Selasa (7/1/2020).
Bagi warga Jakarta, kata Rizal, harus belajar tinggal di kawasan yang harus mewajibkan hidup berbagi ruang dengan air. Pemerintah Kolonial Belanda sudah melihat adanya permasalahan banjir di kota yang dulu disebut Batavia itu.
Kebijakan mereka memanggil Herman van Breen untuk mencari solusi banjir di Batavia. Ide Herman untuk membuat Banjir Kanal Barat yang dimulai pembangunannya pada 1922. Dia sebelumnya membuat Pintu Air Manggarai.
Namun, van Breen kemudian mengoreksi kebijakannya setelah sistem kanal banjir yang dia cetuskan tidak mampu menanggulangi banjir.
Selain permasalahan pemerintah kolonial yang tidak mau mengeluarkan dana untuk infrastruktur, pertumbuhan populasi Jakarta juga menjadi permasalahan.
Lalu, Van Breen menyadari perlunya pendekatan kultur selain juga pendekatan infrastruktur untuk mengatasi permasalahan banjir Jakarta, yaitu menyadari bahwa Jakarta membutuhkan ruang untuk air.
“Persoalannya kita tidak mau memberi rumah lagi kepada air. Jadi kita selalu setiap tahun, kata teman Van Breen, Muhammad Husni Thamrin, dia bilang sudah pikiran kita teknis tapi kita pun membicarakan banjir hanya pada waktu musim hujan tiba dan kebanjiran,” tandasnya.
Usai surut dan musim hujan usai, orang-orang akan lupa mengenai fakta Jakarta membutuhkan ruang air yang besar, ” pungkasnya.[mor]