MOW: Tahun Ini, Tiga Warisan Dokumenter Indonesia Diakui UNESCO
Senin, 11 Desember 2017
Indonesiaplus.id – Tiga warisan dokumenter Indonesia berhasil lolos menjadi ingatan dunia atau Memory of the World (MOW). Tiga warisan tersebut, yaitu arsip konservasi Borobudur, arsip tsunami Samudera Hindia, serta naskah cerita Panji.
Menurut Sekretaris Komite Nasional MOW Indonesia, Endang Sri Rusmiyati, bahwa arsip konservasi Borobudur digagas oleh Balai Konservasi Borobudur di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Warisan dokumenter tersebut, merupakan proyek konservasi terbesar pada Abad 20 yang menggunakan teknik modern untuk konservasi monumen. “Pengakuan internasional terhadap arsip konservasi Borobudur punya peranan penting bagi pengembangan ilmu konservasi terkini, dan solusi bagi permasalah konservasi yang ada,” ujar Endang di Kompleks Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Senin (11/12/2017).
Naskah cerita Panji, diusulkan oleh tim Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (RI) secara joint nomination dengan Malaysia, Kamboja, Belanda dan Inggris. Cerita Panji sendiri, berasal dari Abad ke-13 dan menandai perkembangan sastra Jawa tanpa dibayangi epos India Ramayana dan Mahabharata yang sangat terkenal.
Sedangkan arsip tsunami Samudera Hindia diusulkan oleh Arsip Nasional RI secara joint nomination bersama dengan Sri Lanka. Warisan dokumenter tersebut, terdiri dari satu set arsip dalam berbagai media yang mencatat kejadian tsunami Samudera Hindia, tanggap bencana, serta sebagian besar tentang rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Bencana tsunami Samudera Hindia itu kan menyebabkan dampak sosial, budaya, ekonomi yang signifikan terhadap negara-negara di sekitar Samudera Hindia, jadi pantas untuk dimasukkan sebagai ingatan kolektif (MOW) untuk pembelajaran bagi generasi yang akan datang,” tandasnya.
Lebih dari sepuluh tahun ini, Komite Nasional MOW Indonesia telah berhasil mengantarkan beberapa warisan dokumenter Indonesia untuk diakui secara internasional sebagai ingatan dunia, yaitu La Galigo pada tahun 2011, naskah Nagakretagama pada 2013, naskah Babad Diponegoro tahun 2013, serta arsip Konferensi Asia Afrika pada 2015.[Mor]