Baca Buku Lebih Mencerdaskan Anak Daripada Gadget

Selasa, 25 April 2017
Indonesiaplus.id – Di era digital ini, banyak orangtua yang memilih memberikan gawai (gadget) dibandingkan memperkenalkan buku pada anaknya. Tentu, berharap anaknya bisa bertambah cerdas karena belajar banyak hal.
Cara tersebut dinilai kurang tepat. Pasalnya, Dr Shane Bergin, seorang fisikawan dari University College Dublun, menyatakan sebaiknya anak tidak diperkenalkan menggunakan gawai terlalu dini. Melainkan harus ditanamkan kebiasaan membaca buku sedini mungkin.
Para orangtua bisa memulainya dengan membacakan buku cerita bergambar kepada anak. Mengapa? Dr Shane memaparkan alasannya, “Bagi anak-anak, membaca buku memiliki efek yang lebih baik dibandingkan bermain gawai. Orangtua salah menilai bahwa gawai mampu mencerdaskan anak melalui aplikasi pendidikan.”
Penjelasan Dr Shane itu diperkuat dengan sebuah penelitian yang dikutip Telegraph, bahwa pembaca berusia muda (anak-anak) ketika menikmati buku konvensional dengan cerita dan ilustrasi sederhana, akan dapat lebih mudah mengembangkan imajinasinya.
Selain itu, mereka bisa berbagi cerita dengan orangtuanya. Lalu, mengajukan pertanyaan yang membantu mereka mencari tahu lebih banyak tentang dunia. Juga, mereka dilatih untuk fokus dan bisa menambah berbagai kosakata baru melalui buku.
Sebaliknya, bila anak lebih banyak mengakses gawai, maka mereka akan kurang maksimal dalam mengembangkan daya imajinasi. Anak akan terbentuk menjadi individu yang kurang bersosialiasi. Bermain gawai membuat anak tidak fokus, karena bisa saja teralihkan dengan kegiatan lain, seperti bermain game dan menonton video.
Sementara itu, Sarah Eagle, peneliti dari Bristol Graduate School of Education mengatakan, jika orangtua membacakan buku bergambar kepada anaknya, maka dia telah melakukan lebih dari sekadar membaca teks. Para orang tua ini sekaligus menjalin interaksi dan kedekatan dengan anaknya.
“Para orangtua akan memberi nama, pujian, dorongan dan memperluas pengetahuan, serta mengembangkan imajinasi anak. Selain itu orang tua juga dapat memberikan jawaban ketika si anak menanyakan sesuatu mengenai isi buku yang sedang dibacanya,” jelasnya.
Usai membacakan buku, anak-anak akan mengajukan pertanyaan kepada orangtuanya. Bila komunikasi dua arah ini terjalin, maka artinya anak telah merasakan bahwa membaca buku merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat mengeksplorasi banyak hal.
“Juga, mereka akan mengkorelasikan antara teks dalam buku bacaan dengan kehidupan berlatarkan pengetahuan. Nah, saat membaca buku bersama orangtua akan mengetahui seberapa besar anaknya dapat mengeksplorasi dan menghubungkan kehidupan dengan buku yang dibacanya,” katanya.[Mas]