HEALTH

dr Edi Setiawan: Kanker pada Anak Tersulit Terdeteksi

Rabu, 22 Februari 2017

Indonesiaplus.id – Sosialisasi deteksi dini kanker bagi orang dewasa begitu gencar dilakukan. Namun, bagi anak-anak hingga kini masih minim. Hal tersebut tidak hanya dialami Indonesia, di tataran global pun terjadi demikian.

Tentu saja, anak berbeda dengan orang dewasa. Mereka belum bisa membedakan dan merasakan bila ada sesuatu yang salah dengan tubuh mereka. Salah satu yang membuat kanker pada anak semakin sulit terdeteksi dini atau dalam kondisi stadium awal.

Demikian disampaikan dokter spesialis anak, dr Edi Setiawan Tehuteru, dalam diskusi dan peringatan Hari Kanker Anak di Balitbang Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (20/2/2017).

Pada umumnya, penderita kanker akan diperiksa ketika orangtua menyadari adanya suatu gejala tidak biasa pada tubuh anak mereka. Tapi sayangnya, suatu gejala kanker menunjukkan tingkat keparahan penyakit yang sudah lanjut. “Penyakit kanker itu ketika sudah menimbulkan gejala, hampir dapat dipastikan itu sudah pada stadium lanjut,” katanya.

Satu-satunya jenis kanker anak yang bisa dideteksi dini ialah kanker bola mata atau retinoblastoma. Jenis kanker tersebut menjadi lebih mudah dideteksi, karena menimbulkan perubahan warna dan pendar pada bola mata dalam keadaan gelap.

Juga, tingkat pengaruh genetik pada kanker tersebut sangat tinggi. Keluarga akan disarankan melakukan pemeriksaan rutin pada anak sejak lahir hingga usia lima tahun bila memiliki riwayat anggota keluarga mengalami penyakit sejenis sebelumnya.

Selain sulit terdeteksi dini, penyakit kanker pada anak tidak dapat dicegah. Kanker pada anak akan muncul tanpa sebab yang pasti. Hingga saat ini, di seluruh dunia belum ada penelitian yang dapat mengungkap secara pasti penyebab seorang anak dapat terkena kanker.

“Ada beberapa faktor yang diyakini menjadi penyebab atau pemicu kanker pada anak, yakni genetik, kimia, virus, dan radiasi,” katanya.

Penemuan kanker pada anak yang umumnya sudah pada stadium lanjut membuat harapan hidup dan selamat bagi anak penderita kanker sangat kecil. Angka harapan hidup anak penderita kanker stadium lanjut umumnya di bawah 25 persen.

“Mayoritas saya tahu mereka tidak selamat karena memang sudah sangat sulit untuk diatasi bila stadium sudah lanjut,” terangnya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, terdapat 16.291 kasus kanker pada anak berusia 0 hingga 14 tahun dan 50 persen di antaranya baru terdeteksi pada stadium lanjut.

Dari data yang dihimpun Rumah Sakit Pusat Kanker Dharmais, Jakarta, juga menyebutkan, sepanjang 2006-2013, setiap tahun rata-rata hampir 50 persen anak penderita kanker datang dalam kondisi stadium lanjut. Jumlahnya juga terus meningkat setiap tahun.

Sedangkan, data dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan setiap tahun lebih dari 175 ribu anak di dunia didiagnosis mengidap kanker. Sekitar 90 ribu di antaranya meninggal. Angka kematian anak yang terkena kanker mencapai 50 sampai 60 persen. Hal tersebut menobatkan kanker sebagai penyebab kematian kedua terbesar pada anak di usia 5 sampai 14 tahun.

Selanjutnya, leukemia atau yang umum diketahui sebagai kanker darah menjadi yang terbanyak menyerang anak-anak. Posisi ketiga ialah kanker bola mata atau retinoblastoma, selanjutnya kanker tulang atau osteosarkoma, kanker jaringan saraf atau neuroblastoma, kanker getah bening atau limfoma, dan kanker tenggorok atau karsinona nasofaring.

Menurutu Direktur Pengendalian Penyakit tidak Menular (P2PTM) Kemenkes Lily Sulistyowati, meski jumlah anak penderita kanker hanya sekitar 2 persen dari seluruh penderita kanker, hal itu tidak boleh diremehkan. Selain mengancam nyawa, kanker pada anak memengaruhi banyak aspek, mulai keluarga hingga kehidupan sang anak sendiri bila akhirnya berhasil selamat dan sembuh dari kanker. “Biaya pengobatan kanker sangat mahal, tetapi tingkat keberhasilannya sangat kecil,” kata Lily.

Diperlukan perhatian ekstra dari orangtua untuk memantau dan mewaspadai setiap gejala yang timbul pada tubuh anak. Dikira biasa Gejala kanker kerap dikira penyakit yang biasa dialami anak. Misalnya, demam, pucat, dan lesu.

Para orangtua harus mewaspadai dan memeriksakan ke dokter lebih lanjut bila gejala-gejala tersebut berlangsung berulang dalam jangka waktu yang lama. Untuk pencegah yang lebih baik, pemeriksaan rutin juga sebaiknya dilakukan sejak masih dalam kandungan. Kanker juga dapat timbul ketika anak masih berada dalam kandungan.

“Anak pada dasarnya senang bermain dan aktif. Bila mereka cenderung enggan bermain saja, seharusnya orangtua mulai memperhatikan lebih detail. Begitu juga sejak masih mengandung, pemeriksaan dan perhatian ekstra harus terus diberikan,” ucapnya.

Semua dilakukan untuk mencegah penemuan penyakit yang terlambat atau telanjur memasuki stadium lanjut. Salah satunya penyakit kanker. Langkah yang diperlukan ialah perhatian penuh dan pemeriksaan sejak dini ke rumah sakit.[Mas]

Related Articles

Back to top button