GLOBAL

Shoigu: Militer Rusia Lakukan Perang Informasi Besar-Besaran

Senin, 27 Februari 2017

Indonesiaplus.id – Untuk kali pertama, militer Rusia mengakui skala perang informasi mereka diperluas secara besar-besaran sejak Perang Dingin. Para pengamat Barat mencatat kemajuan besar Rusia dalam kemampuan perang elektroniknya.

Menurut Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, bahwa pasukan informasi Rusia terlibat dalam propaganda yang cerdas dan efektif, tapi dia tidak mengungkapkan lebih jauh tentang tim mereka atau siapa sasaran mereka.

Sudah sejak lama Rusia dituduh melancarkan serangan siber terhadap negara-negara Barat. Selama Perang Dingin, baik Uni Soviet dan Barat mengerahkan berbagai sumber daya pada propaganda, untuk mempengaruhi opini publik global dan mempromosikan ideologi mereka yang saling bersaing.

Berbicara kepada anggota parlemen Rusia, Shoigu mengatakan, kita memiliki pasukan informasi yang jauh lebih efektif dan lebih kuat dari seksi kontra-propaganda dahulu.

Seorang ahli militer Rusia di lembaga pemikiran Chatham House, Keir Giles mengatakan, telah memperingatkan perang informasi Rusia mencakup lingkup yang lebih luas dari prajurit siber dan peretas yang menjadi fokus Barat saat ini.

“Perang infomrasi dengan tujuan untuk mengendalikan informasi dalam bentuk apa pun,” tulisnya dalam sebuah laporan NATO yang berjudul “Tahap Lanjut Perang Informasi Rusia.”

Memang tidak seperti di masa Uni Soviet, disinformasi dari Moskow tidaklah diutamakan untuk mempromosikan Rusia sebagai sebuah ide, atau menjadikan Rusia sebagai salah satu model untuk ditiru.

“Namun, sering bahkan informasi yang disebarkan tidak diusahakan untuk bisa dipercaya. Sebaliknya, salah satu tujuannya adalah justru merusak pandangan tentang dimungkinkannya pelaporan dan kebenaran obyektif,” tambahnya.

Tak bisa dipungkiri, Rusia menyasar NATO dalam berbagai cara, termasuk menargetkan tentara tertentu secara individual melalui profil media sosial mereka, kata Giles kepada BBC. “Mereka menjangkau individu dan menyasar mereka seolah-olah berasal dari sumber yang terpercaya,” ucapnya.

Laporan tentang serangan informasi Rusia yang menargetkan pasukan NATO di negara-negara Baltik, militer Polandia, dan pasukan Ukraina yang memerangi pemberontak pro-Rusia.

Rusia menolak narasi Barat tentang ‘disinformasi’, dan sebaliknya menuduh NATO melakukan ekspansi agresif dan mendukung kaum nasionalis anti-Rusia di Ukraina.

Berbagai upaya Rusia di dunia maya menjadi perhatian besar Barat setelah munculnya tuduhan dari kalangan pejabat dan lembaga penting AS bahwa peretas Rusia membantu membelokkan arah pemilihan presiden menjadi mendukung Donald Trump.

Giles mengatakan, bahwa militer Rusia memutuskan memprioritaskan perang informasi setelah konflik Rusia-Georgia tahun 2008. Aparat keamanan Rusia disebutkan menarik pelajaran dari “Ketidakmampuan untuk mendominasi opini publik tentang baik buruknya perang itu,” katanya.

Mantan panglima militer Rusia Jenderal Yuri Baluyevsky, menanggapi pernyataan Shoigu dan
mengatakan, kemenangan dalam perang informasi ‘dapat menjadi jauh lebih penting daripada kemenangan dalam konflik militer klasik, karena tak berdarah, namun dampaknya luar biasa dan dapat melumpuhkan semua struktur kekuasaan negara musuh’.

Uni Eropa memiliki Satuan Tugas EastStratCom, sebuah tim khusus untuk memerangi ‘mitos’ Rusia yang tersebar di media sosial.[Fat]

Related Articles

Back to top button