GLOBAL

Laporan PBB: Myanmar Rencanakan Pengusiran Rohingya Sistematis

Kamis, 12 Oktober 2017

Indonesiaplus.id – Berdasarkan laporan PBB diperoleh melaluli wawancara dengan ratusan warga Rohingya mengungsi ke Bangaldesh, bahwa pemerintahan Myanmar terbukti menyusun tindakan keras dan sistematis untuk mengusir Rohingya.

Laporan disusun 14 hingga 24 September 2017 dalam 65 kali sesi wawancara, secara perorangan atau berkelompok sebanyak 40 responden. Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa detail kekejaman militer Myanmar mulai dari pembunuhan hingga pemerkosaan kepada Rohingya.
Tindakan bertujuan menimbulkan ketakutan, sehingga Rohingya tak kembali ke Myanmar. “Tindakan ini sudah terkoordinasi dengan baik,” ujar peneliti Thomas Hunecke, Rabu (11/10/2017).

Investigasi tersebut menemukan kampanye yang dilakukan militer bersama warga bukan Rohingya, yang tinggal di Rakhine utara. Kampanye dilakukan sebelum dan setelah serangan untuk menimbulkan ketakutan pada warga Rohingya.

Kampanye dengan pengeras suara menyatakan, Rohingya harus segera pergi ke Bangaldesh. Militer mengatakan, tidak ragu merusak rumah dan membunuh Rohingya yang masih bertahan di Rakhine. Laporan mengatakan, militer membunuh dan memerkosa Rohingya tanpa pandang bulu.

Pemerkosaan terjadi pada lelaki dan perempuan termasuk anak yang berusia lima tahun. Tindakan ini jelas menimbulkan luka dan ketakutan pada warga Rohingya. Juga, Myanmar terbukti sengaja menanam ranjau di daerah perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Ranjau telah melukai dan membunuh warga Rohingya yang ingin kembali ke rumahnya.

Akibatnya pengungsi yang berniat pulang memilih mengurungkan niatnya. Laporan menyatakan, ranjau bertujuan mencegah Rohingya kembali ke Myanmar. Militer Myanmar menargetkan pembunuhan atas guru, pemimpin kebudayaan, dan agama Rohingya.

Hal ini untuk memastikan sejarah, pengetahuan, dan budaya Rohingya menghilang dari Myanmar. Jejak Rohingya juga terhapus dari lansekap geografis Myanmar, sehingga daerah asalnya menjadi sekadar lahan tanpa tuan.

PBB menjamin laporan disusun dengan melibatkan sumber yang kredibel, termasuk korban kekerasan militer Myanmar. Mereka berhasil mengungsi ke Bangladesh usai mengalami kekerasan pada 25 Agustus 2017.

Selain itu, PBB menduga aksi kekerasan kepada Rohingya terjadi mulai awal Agustus 2017, bukan 25 Agustus 2017 sesuai laporan Myanmar.

Menurut Komisoner Tinggi untuk Kemanusiaan PBB Zeid Ra’ad Al Hussein, tindak kekerasan di Rohingya contoh nyata pembersihan etnis. Hingga saat ini, sekitar 517 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Ancaman terbunuh dan tenggelam tak menyurutkan niat Rohingya, untuk berusaha menyelamatkan diri.[Fat]

Related Articles

Back to top button