Kondisi Qatar Semakin Terisolasi, Presiden Trump Malah Bahagia
Kamis, 8 Juni 2017
Indonesiaplus.id – Pasca dilakukan pemutusan hubungan diplomatik diikuti larangan pesawat serta kapal laut Qatar melintasi Arab Saudi, serta tujuh negara lainnya membuat Doha terisolasi.
Warga setempat khawatir akan kehabisan bahan pangan, karena mayoritas makanan diimpor lewat laut Saudi.
Dilaporkan Yahoo News, Rabu (6/6/2017), Arab Saudi dan tujuh negara lainnya menyerukan Qatar untuk segera menghentikan dukungannya kepada kelompok teroris. Ketujuh negara itu adalah Mesir, Uni Emirat Arab, Bahrain, Yaman, Libia Timur, Maladewa, dan Mauritania. Saudi menyebutkan negara itu membantu keuangan kelompok Ikhwanul Muslimin dan Hamas.
Seruan menghentikan bantuan keuangan bagi kedua kelompok tersebut dilontarkan Menlu Saudi Adel al-Jubeir. “Qatar harus segera menghentikan dukungannya untuk sejumlah kelompok teroris,” ujar Adel. Ia sampaikan dalam wawancara dengan wartawan saat kunjungan kerja di Jerman, Rabu (6/6/2017).
Menurut Menlu Saudi, masalah Qatar bukan terjadi baru-baru ini. Sebab, sudah berlangsung lama sehingga wajar jika Saudi dan sejumlah negara lainnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha.
Negara kecil di Teluk itu sudah lama tak memenuhi sejumlah komitmen untuk tidak mendukung organisasi teroris dan agar tak campur tangan dalam urusan negara lain. Kendati tak menyebutkan nama negara, Menlu Adel mengacu pada dukungan finansial mereka kepada Hamas, IM, pemerintah Libia Barat, dan kelompok Houthi di Yaman.
Ketidaksukaannya Saudi dengan kebijakan luar negeri Qatar yang belakangan ini dekat dengan Iran. “Kami berharap mereka segera mengambil tindakan untuk mengakhiri krisis berkepanjangan,” tandasnya.
Merespons pernyataan Menlu Saudi, otoritas Hamas di Gaza menyesalkan komentar Arab Saudi tersebut. Hamas yang menjadi penguasa di Gaza sejak 2007 merupakan salah satu penerima terbesar bantuan Qatar.
Pikhanya mengatakan seruan Saudi yang ingin Qatar segera memutuskan hubungan dengan pihaknya, sangat disesalkan. Seruan Saudi tersebut sangat kontradiktif dengan tradisi yang ada bahwa Arab akan selalu mendukung Palestina.
Selain itu, Saudi tetap mendukung Palestina, tetapi bukan Hamas. Pejabat Hamas Mushir al-Masri menuding Saudi telah berpihak kepada “Amerika dan Zionis untuk memasukkan Hamas dalam daftar teroris”.
Qatar tetap membantah tudingan negara-negara Arab bahwa pihaknya telah mendanai sejumlah kelompok teroris. Salah seorang tokoh Qatar yang tinggal di Dubai, Sultan Sooud Al Qassemi, yang selama ini dikenal berani berkomentar keras, dalam wawancaranya mendesak pemerintahnya untuk menuruti permintaan Saudi dan rekan-rekannya.
Qassemi meminta pemerintah negerinya menghentikan semua bantuan keuangan untuk sejumlah kelompok teroris yang disebut Saudi. Selain itu, negara itu juga diminta mengubah kebijakannya terhadap Iran.
Juga, Qassemi melontarkan komentarnya itu setelah Uni Emirat Arab mengumumkan bahwa setiap warganet (netizen) yang ketahuan memberikan dukungan ataupun bersimpati terhadap Qatar lewat internet, akan dikenai hukuman penjara dan denda.
“Ini masalah serius. Doha saat ini benar-benar terisolasi. Doha perlu mengambil langkah serius supaya krisis ini berakhir,” ujar Qassemi di Sharjah, Dubai.
BBC melaporkan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunjukkan sikap dalam krisis Qatar yang dikucilkan beberapa negara di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Mesir.
Beberapa cuitan pada Selasa (6/6/2017) waktu setempat, Presiden Trump dengan tegas memosisikan diri membela Saudi. Isolasi terhadap negara itu yang dituduh mendanai kelompok-kelompok ekstrem bisa menjadi awal dari berakhirnya dampak buruk terorisme.
“Pada kunjungan saya ke Timur Tengah baru-baru ini, saya tegaskan bahwa tidak boleh ada lagi pendanaan bagi ideologi radikal,” ujar Trump.
Senang melihat bahwa lawatan di Arab Saudi dan pertemuan dengan Raja Saudi… telah membuahkan hasil. “Mereka mengatakan akan mengambil sikap yang tegas terkait pendanaan… ekstremisme dan semuanya mengarah ke Qatar. Mungkin ini awal dari berakhirinya horor terorisme,” tulis Trump lewat akun Twitternya.
Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani, berkomentar seperti dikutip BBC. Ia mengatakan, pemerintahnya sudah menyampaikan pesan kepada Presiden Trump saat melawat ke Timur Tengah. Mereka siap duduk bersama dan membahas tuduhan-tuduhan yang selama ini dialamatkan kepada mereka.
Sementara itu, Menteri al-Thani mengatakan pemerintahnya menginginkan dialog yang terbuka dan jujur. Qatar tidak akan melakukan balas dendam dan mereka kecewa dengan negara-negara di kawasan yang mencoba memaksakan kehendak kepada Qatar atau yang mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Sebagai upaya untuk meredakan ketegangan di kawasan teluk tersebut, pemimpin Kuwait sudah terbang ke Saudi untuk mencari solusi atas krisis terbaru di Teluk itu.[Fat]