Kelompok HAM Desak Macron Tekan Saudi Dalam Operasi Militer di Yaman
Kamis, 5 April 2018
Indonesiaplus.id – Presiden Prancis Emmanuel Macron didesak sepuluh kelompok HAM internasional untuk menekan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman atas keterlibatan Riyadh dalam operasi militer di Yaman.
Selain bombardemen, operasi militer pimpinan Saudi juga dikritik karena dicap ‘’menghambat” penyaluran bantuan kemanusiaan ke Yaman.
Hingga Maret 2015, Saudi memimpin koalisi melawan milisi Syiah Houthi dukungan Iran yang menguasai Ibu Kota Sanaa. Digagendakan Macron menerima kunjungan tiga hari Pangeran Mohammed (32) di Prancis mulai Minggu (8/4/2018).
‘’Sebagai Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB, Prancis harus menjalankan tuntutan paling mendesak bahwa Arab Saudi harus menghormati sejumlah kewajiban internasionalnya,” tulis pernyataan 10 kelompok HAM, termasuk Amnesty International, International Federation for Human Rights, dan Human Rights Watch, Rabu (4/4/2018).
Selain itu, sebagai salah satu negara pemasok utama persenjataan Saudi, selama ini Prancis dinilai 10 kelompok HAM itu sangat kurang bertindak dalam meyakinkan diri bahwa senjata mereka tidak dipakai Saudi dalam kampanye militernya di Yaman.
Menurut Amnesty International bahwa telah mendokumentasikan puluhan operasi militer koalisi pimpinan Saudi yang berpotensi dijerat dengan dakwaan kejahatan perang karena mengakibatkan kematian lebih dari 500 warga sipil.
Perang di Yaman membuat PBB menobatkan negara berpenduduk sekitar 22,5 juta jiwa tersebut sebagai ‘’tempat dengan krisis kemanusiaan terparah di muka bumi saat ini”.
Sejak koalisi pimpinan Saudi menggempur, sekitar 10 ribu warga Yaman tewas dan 53 ribu lainnya terluka. Data PBB menyatakan 8,4 juta orang terancam kelaparan.
Tahun lalu koalisi pimpinan Saudi menutup perbatasan darat, laut, dan udara menuju Yaman sebagai respons atas serangan rudal Houthi ke Riyadh yang berhasil dicegat. Koalisi ini telah melonggarkan blokade mereka, tetapi sejumlah pembatasan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan masih diterapkan.
Di markas PBB New York pekan lalu, Pangeran Salman menyatakan berusaha maksimal memecahkan persoalan di Timur Tengah secara politik. Namun, ujarnya, ‘’Jika segala sesuatunya di luar kendali, kami akan berusaha sekeras mungkin mengindari dampak-dampak lainnya.”
‘’Kami akan terus mematuhi hukum internasional, sebagaimana yang sudah kami lakukan selama ini,” ujarnya menambahkan kepada Sekjen PBB Antonio Guterres.
Pada kesempatan tersebut, Pangeran Salman menyerahkan cek senilai US$ 930 juta untuk bantuan kemanusiaan di Yaman.[Fat]