Jelang Bertemu Biden, Erdogan Tandaskan Sikap Ankara

Indonesiaplus.id – Amerika Serikat (AS) diperingatkan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan berisiko kehilangan teman yang berharga jika mencoba menyudutkan Turki.
Hal itu diungkapkan Erdogan dua pekan menjelang pertemuan pertamanya dengan koleganya dari AS, Joe Biden. Hubungan AS dan Turki sudah tegang semakin memburuk sejak Biden menggantikan sekutu Erdogan, Donald Trump Januari lalu, dengan presiden baru itu menyoroti catatan hak asasi manusia Ankara yang mengerikan.
Ditanya hubungan Ankara-Washington di sebuah wawancara dengan kantor berita Turki TRT, Erdogan mengatakan, “Mereka yang menyudutkan Republik Turki akan kehilangan teman yang berharga,” ujarnya seperti dikutip dari The New Arab, Rabu (2/6/2021).
Juga, seruan dilontarkan Erdoganterkait keputusan bersejarah Biden mengakui genosida Armenia oleh Kesultanan Ottoman selama Perang Dunia I, sebuah langkah yang membuat Turki marah karena menolak istilah itu.
“Jadi, apa alasan ketegangan kami? Apa yang disebut genosida Armenia,” kata Erdogan. “Apakah Anda tidak punya masalah lain yang harus dihadapi selain mengadvokasi Armenia?” katanya.
Beberapa masalah yang membuat hubungan AS-Turki tegang sejak 2016, termasuk dukungan Washington untuk milisi Kurdi di Suriah yang dianggap Turki sebagai “teroris”.
“Jika AS memang sekutu kita, haruskah mereka berpihak pada teroris atau dengan kita? Sayangnya, mereka terus mendukung teroris,” katanya.
Sebelumnya, Erdogan mengindikasikan dia bermaksud untuk memperbaiki hubungan dengan Biden, dengan pekan lalu mengatakan bahwa pertemuan mereka akan menjadi pertanda era baru dalam hubungan AS-Turki.
Pada kesempatan yang sama Erdogan, yang telah memerintah Turki sejak 2003, mengatakan dia selalu berhasil bekerja sama dengan orang di Gedung Putih apakah dia seorang Republikan atau seorang Demokrat.
Sikap agresif Erdogan muncul menjelang pertemuan pertama antara kedua pemimpin di sela-sela KTT NATO di Brussels pada 14 Juni.
Biden memilih tidak terburu-buru berbicara dengan pemimpin Turki itu usai menjabat sebagai presiden. Ia menunggu sampai tiga bulan sebelum menelepon Erdogan pada April.[mar]