GLOBAL

Dubes AS Sebut, Kim Jong Un Alami Paranoia dan Sakit Jiwa

Selasa, 16 Mei 2017

Indonesiaplus.id – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un dituduh duta besar Amerika Serikat di PBB, Nikki Haley, menderita penyakit jiwa. Sehingga, Un mengalami paranoia yang mengakibatkan kerap berpikir aneh dan mengisi harinya dengan khayalan.

“Anda pertama harus masuk ke dalam kepala Kim Jong Un, bahwa dia berada dalam kondisi paranoia,” ujar Haley dalam wawancara dengan stasiun berita AS, ABC, Minggu (15/5/2017).

Sesi wawancara dilakukan pasca uji coba terbaru peluru kendali yang dilepaskan ke arah Laut Jepang yang berbatasan dengan wilayah Rusia. “Dia (Un) amat khawatir dengan setiap hal dan semua hal di sekelilingnya,” katanya.

Sikap pemerintah AS, kata Haley, bekerja sama lebih baik dengan China -yang merupakan sekutu utama Pyongyang, dan seluruh komunitas internasional akan menyingkirkan Korut. Washington akan terus memperkuat tekanannya terhadap Pyongyang.

Presiden Donald Trump, sebelumnya sudah menyerukan sanksi yang lebih keras, namun China mendesak agar semua pihak menahan diri. Sementara itu, Jepang mengatakan, uji coba rudal terakhir mungkin melibatkan jenis rudal baru dengan jangkauan ketinggian yang mencapai lebih dari 2.000 kilometer.

Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Moon Jae-in, yang ingin meningkatkan komunikasi dengan Korut, mengatakan uji coba sebagai provokasi yang gegabah. Rincian peluncuran rudal terbaru Korut masih belum bisa dipastikan, namun para pengamat mengatakan kemungkinan rudal itu memiliki jangkauan lebih jauh dibanding sebelumnya.

Komenter Menteri Pertahanan Jepang, Tomomi Inada, bahwa rudal sempat mengudara sekitar 30 menit sebelum jatuh ke Laut Jepang. Inada menandaskan, bahwa rudal mencapai jangkauan sekitar 700 kilometer dengan ketinggian lebih dari 2.000 kilometer, yang artinya jauh lebih tinggi dari rudal jarak menengah Korut pada Februari lalu.

Rudal balistik antarbenua, ICBM, bisa mencapai ketinggian hingga ratusan kilometer hingga berada di luar atmosfir bumi. Para ahli yang dikutip kantor berita Reuters mengatakan, ketinggian tersebut tampaknya membuat rudal diluncurkan dengan lintasan ke atas, sehingga membatasai daya jangkau.

Jika ditembakkan dengan lintasan yang biasa, maka bisa menjangkau hingga 4.000 kilometer. Komando Pasifik AS mengatakan jenis rudal terbaru sedang dikaji, namun tidak konsisten dengan ICBM, yang bisa menjangkau daratan AS, sejauh 6.000 kilometer.

Saat ini, Korut diyakini sedang mengembangkan dua jenis ICBM, namun sejauh ini belum ada yang diuji coba.[Fat]

Related Articles

Back to top button