GLOBAL

Direktur Sejarah: Tak Sekedar Kain Berwarna, Batik Sarat Nilai Filosofis

Senin, 3 April 2017

Indonesiaplus.id – Batik adalah salah satu kekayaan budaya asli Indonesia. Tidak sekedar selembar kain berwarna, melainkan memiliki makna sarat filosofis yang tinggi khususnya bagi masyarakat Jawa.

“Batik berakar pada filsafat Jawa yang melihat dunia dalam tiga perspektif, yaitu tempat manusia di dunia (makrokosmos); hubungan antara manusia dengan Tuhan dan sesamanya (metakosmos), serta dunia di dalam diri manusia (mikrokosmos), ” ujar Triana Wulandari, Direktur Sejarah, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di hadapan guru besar, dosen, dan mahasiswa Faculty of Management Studies, University of Delhi, India, Senin (20/2/2017).

Selain merupakan karya seni yang memiliki keindahan estetik dan warisan budaya yang kaya dengan sejarah. Batik juga memiliki makna lain sebagai bentuk ekspresi dan komunikasi melalui warna dan motifnya.

Misalnya, motif geometris menunjukkan bentuk, tanaman atau binatang yang disusun secara teratur dan terukur, dalam komposisi rapi, serta memiliki titik pusat. Motif ini berakar pada filsafat kekuasaan dan kewibawaan, serta titik pusat merepresentasikan raja sebagai pelindung rakyatnya.

“Beberapa contoh motif geometris adalah motif banji yang berasal dari Banyumas, motif ganggong, motif ceplok yang mencakup kawung, truntum, nitik dan lainnya, serta motif garis miring yang mencakup parang, udan liris dan lainnya, ” katanya.

Batik bermotif ceplok terdiri dari ornamen yang mengarah melingkar, memusat ke tengah, seperti bunga yang mekar atau kelopak buah manggis yang dilihat dari atas. Motif kawung, salah satu motif ceplok, merupakan salah satu motif batik tertua yang dapat ditemukan pada relief Candi Prambanan.

Motif ceplok lainnya, yaitu truntum, merupakan simbol hubungan antara pemimpin dan pengikut, yaitu antara orangtua dan anaknya. Truntum datang dari kata Jawa “tumaruntun” berarti menuntun dan “tumbuh” yang berarti tumbuh.

Motif parang merepresentasikan senjara (keris Jawa), yang disusun secara berulang-ulang, dan merupakan simbol ritme kehidupan yang terus bergerak tanpa batas, kepahlawanan, patriotisme, serta kekuataan.

Sedangkan motif udan liris berarti hujan gerimis, merupakan simbol kesuburan dan panen yang besar. Sekaligus motif larangan yang hanya dapat digunakan oleh bangsawan dalam upacara adat.

Pada pola batik non-geometris, tidak disusun secara teratur melainkan menunjukkan ornamen yang menjelaskan suatu cerita atau merepresentasikan filosofi dan kepercayaan Jawa.

Selain itu, Batik juga memiliki motif dasar atau latar dan ornamen berupa gambar. Ornamen Batik klasik mengikuti prinsip tiga dunia triloka dan tribuana.

“Ketiga jenis ornamen itu, yaitu ornamen terkait dengan tanah (tanaman, binatang berkaki empat) merupakan simbol bumi dan hubungan antar manusia; ornamen berkaitan dengan langit (burung, awan, atau binatang mistis seperti garuda) merupakan simbol surga dan Tuhan; serta ornamen terkait dengan air (ombak, ular, ikan, katak) merupakan simbol ranah spiritual dalam diri manusia, ” tandasnya.[Fat]

Related Articles

Back to top button