Diplomat AS Mundur dari Dewan Rohingya, Kecewa Sikap Suu Kyi
Kamis, 25 Januari 2018
Indonesiaplus.id – Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dinilai kurang dalam hal kepemimpinan moral, menjadikan diplomat veteran Amerika Serikat Bill Richardson mundur dari panel internasional yang dibentuk Myanmar untuk memberi nasihat atas krisis Rohingya.
Sosok Richardson adalah mantan anggota kabinet pemerintahan Presiden AS Bill Clinton, mundur dari 10 anggota dewan penasihat setelah melakukan kunjungan ke Rakhine State bagian barat, di mana di sana terdapat 700.000 pengungsi muslim Rohingya.
Ada fenomena ‘whitewash’ atau hal berkaitan dengan ras yang melatarbelakangi pengunduran dirinya itu. “Alasan utama saya mengundurkan diri adalah dewan penasihat ini ‘whitewash,” ujar Richardson dilansir dari Reuters, Kamis (25/1/2018).
Juga, dia enggan menjadi bagian ‘tim hore’ untuk pemerintah Myanmar. Sebab, mengaku terlibat pertengkaran dengan pimpinan Myanmar Suu Kyi selama pertemuan pada Senin (22/1) lalu, serta dengan anggota dewan lainnya juga, ketika dirinya mengungkit kasus dua wartawan Reuters yang diadili karena dianggap melanggar Undang-Undang Rahasia Pejabat Negara di Myanmar.
Selain itu, Richardson yang merupakan mantan gubernur New Mexico itu mengatakan Suu Kyi sangat marah ketika disinggung kasus itu dan menyebut kalau kasus para wartawan tersebut bukan bagian dari pekerjaan dewan penasihat seperti dirinya.
Wartawan Reuters, Wa Lone (31) dan Kyaw Soe Oo (27) telah bekerja meliput krisis di Rakhine, di mana 688.000 etnis Rohingya telah melarikan diri akibat kekerasan yang dilakukan militer kepada para pemberontak sejak Agustus lalu. Data tersebut menurut perkiraan PBB.
Dua wartawan tersebut lalu ditahan pada 12 Desember 2017 setelah mereka dipanggil polisi untuk makan malam di Yangon. Pemerintah Myanmar menyebut polisi menahan keduanya lantaran dugaan memiliki dokumen rahasia yang berkaitan dengan situasi keamanan di Rakhne.
Militer Myanmar dituduh oleh saksi-saksi Rohingya dan aktivis hak manusia telah melakukan pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran, dalam sebuah kampanye yang dilakukan oleh pejabat senior di PBB dan AS, yang disebut-sebut sebagai upaya pembersihan etnis. Myanmar menolak sebutan tersebut dan menepis hampir semua tuduhan itu.
Dia mengaku terkejut bahwa PBB, kelompok hak asasi manusia, dan masyarakat umum ternyata diremehkan dalam pertemuan dewan yang dilakukan oleh pejabat negara Myanmar selama 3 hari berturut-turut itu.
“Suu Kyi tidak mendapatkan nasihat yang baik dari timnya. Saya sangat menyukainya dan menghormatinya tapi dia belum menunjukkan kepemimpinan moral pada isu Rakhine dan tuduhan yang diajukan, saya menyesali itu,” katanya.
Penasihat keamanan nasional Suu Kyi, Thaung Tun, mengatakan kepada Reuters kalau dirinya telah mengantar anggota dewan lainnya dalam sebuah perjalanan ke Rakhine pada Rabu kemarin dan mengklaim Richardson tak ikut.
“Richardson mengatakan dia tidak senang dengan situasi ini tapi saya tidak yakin apa yang tidak dia sukai,” ucapnya.[Fat]