GLOBAL

Aktivis HAM: Aksi Pembakaran Desa-Desa Etnis Rohingya Dilakukan Militer

Rabu, 30 Agustus 2017

Indonesiaplus.id – Tindakan pembakaran secara sengaja di desa-desa tempat tinggal warga Rohingya di Rakhine, Myanmar terjadi, Selasa (29/8/2017). Pasukan militer negara itu dituding berada di balik peristiwa tersebut.

Sejumlah kelompok aktivis hak asasi manusia melaporkan banyak bangunan dan area lingkungan warga, khususnya di Maungdaw, utara Rakhine yang terlihat terbakar dan ditunjukkan melalui media sosial.

Diyakini pasukan militer dengan sengaja melakukan tindakan keras sebagai upaya menekan kelompok militan yang diduga berasal dari etnis Rohingya.

Arakan Times melaporkan, bahwa pasukan tentara Myanmar serta polisi penjaga perbatasan di Rakhine membakar setidaknya 1.000 rumah warga Rohingya. Tindakan keras ini dimulai pada Sabtu (26/8) lalu dan berlanjut hingga Senin (28/8).

Selain itu, kelompok actives Human Rights Watch mengatakan, terdapat bukti dari gambar yang diambil melalui satelit pembakaran secara luas terjadi di wilayah utara Rakhine. Setidaknya ada 10 area yang terlihat penuh dengan kobaran api.

Pemerintah Myanmar mengakui terjadinya pembakaran di area desa-desa yang kebanyakan dihuni warga Rohingya. Namun, pihaknya mengatakan bahwa hal itu sebenarnya dilakukan oleh kelompok teroris ektremis sebagai propaganda.

“Teroris ektremis meletakkan bom imporvisasi mereka dengan membakar desa-desa dan menyerang polisi yang berjaga di area perbatasan sejak pagi tadi,” tulis pernyataan Pemerintah Myanmar, dilansir The Independent, Selasa (29/8).

Hingga saat ini penyebab kebakaran masih sulit dipastikan mengingat klaim pemerintah dan kelompok aktivis ham yang berbeda. Selama ini, Pemerintah Myanmar menutup akses bagi para tim pengawas PBB yang hendak memasuki area konflik di Rakhine.

Pertama kali terjadi kekerasan terhadap Rohingya pada 2012, yang mengakibatkan 140 ribu warga dari etnis tersebut tewas. Terbaru pada Oktober 2016, di mana menyebabkan sekitar 70 ribu warga etnis itu melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari operasi militer Myanmar di Rakhine.[Fat]

Related Articles

Back to top button