Indonesiaplus.id – Pada akhir perdagangan Senin (3/10/2022), harga minyak loncat hampir US$4,waktu Amerika Serikat (AS).
Kenaikan tersebut lantaran Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) tengah mengkaji untuk memangkas produksi lebih dari satu juta barel per hari (bph).
Reuters melaporkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik US$4,14 atau 5,2 persen ke US$83,63 per barel di New York Mercantile Exchange.
Penguatan terjadi pada harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember sebesar US$3,72 atau 4,4 persen ke US$88,86 per barel di London ICE Futures Exchange.
Sedangkan, pasar memperkirakan OPEC+ akan mengambil keputusan pemangkasan produksi dalam pertemuan yang akan digelar di Wina, Austria pada 5 Oktober mendatang.
Sebuah sumber Reuters dari OPEC mengungkapkan angka pemangkasan itu tidak termasuk pemotongan sukarela tambahan oleh anggota individu.
Menurut Wakil Presiden Senior Perdagangan BOK Financial Dennis Kissler mengungkapkan, bahwa mayoritas pelaku pasar memprediksi sekitar 50 ribu barel per hari.
Jika disetujui, pemangkasan itu merupakan yang kedua bulan berturut-turut setelah mengurangi produksi sebesar 100 ribu barel per hari bulan lalu.
Wwal September ini, OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi 100 ribu barel per hari untuk Oktober untuk mendongkrak harga.
Indeks dolar yang turun selama empat hari berturut-turut pada awal pekan ini dapat mengerek permintaan minyak dan mendukung harga.
Berbagai faktor telah menekan harga minyak dalam beberapa waktu terakhir di tengah kekhawatiran akan kebijakan agresif bank-bank sentral utama demi menekan inflasi.
Kondisi tersebut sangat meningkatkan risiko resesi dan bisa menekan permintaan bahan bakar. Pada bulan lalu, Dow Jones Market Data mencatat harga WTI dan Brent anjlok 11 persen dan 8,8 persen.[tat]
