Perankan Nyai Ahmad Dahlan, Tika Bravani Jadi Ketakutan, Kenapa?
Rabu, 9 Agustus 2017
Indonesiaplus.id – Julukan artis spesialis memerankan istri tokoh bangsa, tidak disematkan kepada Tika Bravani. Pasalnya, dia terus melakoni karakter tersebut dalam sebuah film biopik.
Tika pernah memerankan Fatmawati dalam film Soekarno: Indonesia Merdeka (2013), lalu istri Jusuf Kalla, Mufidah, dalam film Athirah (2016).
Tantangan baru datang dengan lebih besar buat aktris 27 tahun tersebut. Yakni, memerankan Nyai Ahmad Dahlan di film Nyai Ahmad Dahlan yang tayang 24 Agustus mendatang.
Bernama asli Siti Walidah atau dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. Tidak hanya istri pendiri Muhammadiyah Ahmad Dahlan. Melainkan juga merupakan pahlawan nasional yang membela hak-hak kaum perempuan.
Ada rasa tanggung jawab moralnya sangat besar dipundak Tika. Terlebih di media sosialnya sudah banyak komentar netizen yang mengingatkan Tika untuk selalu berperilaku baik.
’’Nah, pas digituin saya jadi takut gimana pada saat filmnya sudah tayang nanti, ya,’’ ujar Tika di bilangan Mampang, Setiabudi, Jakarta, kemarin.
Sosok Nyai Ahmad Dahlan hidup pada 1872–1946. Tak pelak, Tika pun dituntut bisa membayangkan hidup pada masa yang serba terbatas itu. Selama tiga bulan, bintang sitkom Saya Terima Nikahnya itu melakukan riset tentang sang Nyai.
Dari literatur yang sangat terbatas itu, dia beruntung mendapat bantuan dari keluarga keturunan Nyai Ahmad Dahlan.
Usai riset terhadap pendiri Aisyiyah itu, Tika mengungkapkan bahwa Nyai Ahmad Dahlan punya napas perjuangan yang sama dengan Kartini, pahlawan emansipasi. Hanya, cara berjuang mereka berbeda. Nyai lahir dan besar di Kauman, Jogjakarta, yang terkenal sebagai basis Muhammadiyah.
’’Anak-anak yang tinggal di daerah Kauman dulu cuma bisa mengaji. Sekolah nggak bisa. Padahal, kan perempuan itu madrasah bagi anak-anaknya,’’ katanya.
Tantangan terbesar di film ini, dirinya harus memerankan tiga fase kehidupan Nyai sekaligus. Tidak hanya melafalkan dialog, tetapi juga harus memperhatikan intonasi dan gestur tubuh.
’’Saya ini ibaratnya, harus membedakan saat mengeluarkan emosi di umur 50 tahunan dengan saat remaja,’’ terangnya.
Meski sudah pernah memainkan tokoh biopik, Tika merasa kali ini lebih berat. Saat memerankan Fatmawati, dia merasa beruntung karena dia tidak menjadi tokoh sentral.
Namun, berbanding terbalik dengan Nyai yang menjadikannya tokoh utama. ’’Di sini, saya juga harus memainkan tokoh sepuh. Dan, lawan main saya itu lebih tua daripada saya. Nah, saya harus bisa lebih baik daripada dia,’’ pungkasnya.[Wan]