POLITICS

Jelang Ijtima Ulama, PA 212: Koalisi Keumatan Godok Cawapres

Selasa, 24 Juli 2018

Indonesiaplus.id – Partai koalisi keumatan kemungkinan besar mencalonkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres).

Koalisi keumatan terdiri dari Gerindra, PAN, PKS, PBB, Partai Berkarya dan Partai Idaman akan terus menggodok nama calon wakil presiden (cawapres) yang semakin mengerucut pada dua nama.

Hal itu disamapikan Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif bahwa calon pemimpin bangsa ini akan dimatangkan kembali dalam ijtima ulama yang rencana diadakan pada Jumat (27/7) hingga Minggu (29/7).

“Tentu saja, kami lakukan ini sebelum deklarasi capres dan cawapres yang tentunya setelah ada rekomendasi dari Habib Rizieq Shihab di Mekkah,” ujar Slamet melalui rilis, Senin (24/7/2018).

Partai koalisi keumatan sudah duduk bersama bertukar pikiran demi kemaslahatan umat dan bangsa dalam acara Silaturahmi dan Tukar pikiran Dewan Penasihat persaudaraan Alumni 212. Pertemuan digelar Senin (23/7) mulai pukul 19.00 sampai 21.30 WIB di Hotel Sultan Jakarta.

Pertemuan dihadiri Prabowo yang didampingi sekjen dan waketum, ketua dewan pertimbangan PAN didampingi sekjen, sekjen PBB dan waketum partai Idaman. Perwakilan dari PKS dan Berkarya berhalangan hadir karena padatnya agenda partai.

Dari kalangan ulama dan tokoh PA 212 hadir KH Kholil Ridwan (DDII), KH Ahmad Shobri lubis (Ketun FPI ), KH Maksum Bondowoso, KH Ahmad Maksum Ciamis, Abah Raud (Adzikra), Usamah Hisyam (ketum Parmusi), KH Misbahul Anam (GNPF Ulama ) serta tokoh tokoh lainnya.

Seluruh pihak saling bertukar pikiran mengenai masalah keumatan dan kebangsaan. “Salah satu di antaranya masalah pertahanan NKRI, PLN, Pertamina, Garuda dan sebagainya,” ujar Ketua Media Centre PA 212 Novel Bamukmin.

Terdapat kesamaan pandangan diantara peserta pertemuan bahwa bangsa ini harus segera diselamatkan dan dibutuhkan pergantian kepemimpinan nasional. Persatuan umat juga harus diikat terus.

Dalam waktu dekat, partai koalisi keumatan akan segera deklarasi. “Termasuk masalah kepemimpinan nasional indonesia yang harus dipimpin oleh pemimpin yang berani dan tegas serta tidak berkhianat kepada bangsa dan agamanya,” tandas Novel.[Mus]

Related Articles

Back to top button