POLITICS

Direktur: Kumpulkan Data Terkait Indonesia dan Soekarno

Senin, 5 Juni 2017

Indonesiaplus.id – Perhelatan Afro-Asian Writers’ Conference pada 1958 atau dikenal dengan Konferensi Penulis Afro-Asia di Tashkent, merupakan jejak sejarah hubungan Indonesia dan Presiden Soekarno dengan Uzekistan di masa Uni Soviet. 

“Dirjen Kebudayaan menugaskan delegasi melakukan penelusuran ke Uzbektistan terkait jejak sejarah yang perlu digali dan dibuka, khususnya perhelatan Afro-Asian Writers’ Conference pada 1958, ” ujar Direktur Sejarah, Triana Wulandari di Jakarta, Senin (5/6/2017).

Selain itu, kata Triana, delegasi juga mengumpulkan berbagai data berupa buku dan berbagai tulisan mengenai Indonesia dan Presiden Soekarno dari para penulis Uzbekistan atau Uni Soviet.

“Penggalian dilakukan di beberapa tempat yang potensial menyimpan dan memiliki sumber sejarah, seperti Perpustakaan KBRI Tashkent, sekaligus bertemu Direktur Museum Sastra Uzbekistan, Union of Writers of Uzbekistan, serta Perpustakaan Nasional Uzbekistan, ” katanya.

Di Perpusatakaan KBRI Tashkent, ditemukan 3 buku karya Nasim Namozov, penulis Uzbekistan mengenai Indonesia (2001); Soekarno (2005); serta Soekarno dan Uzbekistan (2004) diterbitkan dalam Bahasa Rusia dan tengah dalam proses penerjemahan ke Bahasa Inggris oleh staf lokal KBRI.

Sementara itu, pertemuan dengan Direktur Museum Sastra, Saidbek hasanov, yang juga merupakan penulis Uzbekistan, sebab dia pernah mendengar konferensi itu, meskipun masih terlalu muda untuk menghadirinya.

Di Museum Sastra, konferensi tersebut diabadikan dalam bentuk lukisan oleh V. Zerikov. Lalu, Saidbek menyarankan untuk mencari informasi ke dua tempat, yaitu Serikat Penulis Uzbekistan (Union of Writers of Uzbekistan) dan Perpustakaan Nasional Uzbekistan.

Menurut Saidbek, mungkin dalam serikat penulis ada penulis-penulis senior yang sempat menghadiri konferensi dan di perpustakaan terdapat arsip koran-koran lama yang mungkin pernah meliput acara tersebut.

Delegasi pun mengunjungi Serikat Penulis Uzbekistan dan diterima dua perwakilan Serikat. Kemudian, delegasi disarankan untuk mencari data di Perpustakaan Nasional Uzbekistan.
Kelangkaan data terkait perhelatan di era Soviet, sebenarnya lebih disebabkan banyak arsip disimpan di Moskow. Di Museum Sastra sendiri lebih banyak menyimpan data terkait para penulis kontemporer pasca kemerdekaan Uzbekistan dari Soviet.

Sedangkan, di Serikat Penulis di Perpustakaan Nasional Uzbekistan. Di sana, tersimpan arsip-arsip dengan rapi, digitalisasi yang akurat, teknologi perpustakaan sudah maju, serta staf yang aktif dan cermat mencari data turut mempermudah pencarian berbagai liputan mengenai acara di koran-koran yang sudah berusia hampir 60 tahun.

“Akhirnya ditemukan sejumlah data kurang lebih 30 artikel dari koran-koran berbahasa Uzbekistan. Saat ini, tengah dalam proses penerjemahan ke Bahasa Inggris oleh staf KBRI Tashkent, ” tandasnya.[Mus]

Related Articles

Back to top button