NATIONAL

Dari Napak Tilas Tjilik Riwut, Hingga Penampilan Seni Tradisional

Kamis, 20 Juli 2017

Indonesiaplus.id – Kemah Budaya Nasional (KBN) ke- VIII Tahun 2017, salah satunya diisi dengan menelusuri jejak perjuangan pahlawan kemerdekaan dari Kalimantan Tengah, Tjilik Riwut. Napak Tilas Kesejarahan ke Bukit Tangkiling Batarung dan Makam Tjilik Riwut di Taman Makam Pahlawan Palangka Raya.

Para peserta sudah berkumpul di Buperta pagi hari, dan bersiap menempuh perjalanan darat menggunakan bus selama kurang lebih 1,5 jam menuju Bukit Tangkiling Batarung.

Untuk sampai di bukit Tangkiling, peserta harus mendaki dan melalui halang rintang yang mengasah keterampilan pramuka dan kekompakan setiap regu. Tidak hanya peserta dari 34 provinsi, peserta putera dari Vietnam pun mengikuti pendakian tersebut.

Bahkan, peserta dari negara sahabat itu sempat memetakan rute pendakian menggunakan kompas dan peralatan lainnya. Usai mencapai puncak bukit, lalu turun dan acara dilanjutkan makan siang bersama di lereng bukit.

Perjalanan selanjutnya menggunakan bus menuju lokasi Taman Makam Pahlawan, sebagai akhir dari napak tilas dari perjalanan hidup Tjilik Riwut yang wafat pada tanggal 17 Agustus 1987.

Di depan monumen untuk mengenang jasa Tjilik Riwut dan pahlawan lainnya di Palangka Raya, digelar upacara bendera. Meskipun pemakaman dipisahkan berdasarkan agama dari para pahlawan tersebut. Pemakaman Islam di sebelah kanan dan Katolik di sebelah kiri monumen.

Pramuka penggalang pun memanjatkan doa dengan khusuk di kedua sisi pemakaman. Sebagian dari pramuka pengglang, juga berinisiatif untuk mencabuti rumput liar dan membersihkan makam.

Sebelum meninggalkan makam, pramuka penggalang dan panitia berbaris di sekeliling makam, lalu berbalik dan memberi hormat kepada nisan para pahlawan yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pada malam harinya, rangkain acara dilanjutkan dengan pertunjukan seni per kontingen dalam ajang Pentas Seni. Misalnya, kontingen dari Jawa Tengah menampilkan tari tradisional Jawa menggunakan Batik Lasem sebagai bagian penting dalam koreografinya. Sedangkan, kontingen dari Lampung menampilkan tari tradisional yang menggunakan kipas.

Pertunjukan menarik lainnya, ditampilkan dari kontingen Jawa Timur yang memainkan koreg. Alat perkusi tradisional dibuat sendiri untuk mengiringi tarian yang menceritakan legenda masyarakat lokal tentang Buto.

Sementara itu, dari kwarcab-kwarcab tuan rumah, Kalimantan Tengah, dikarenakan berdekatan dengan perkemahan, sehingga mereka bisa memakai kostum dan peralatan lebih lengkap, seperti tarian ritual tolak bala atau pengobatan. Tarian ritual tersebut menunjukkan masih kentalnya kepercayaan lokal.

Tak pelak, juri dari Kemdikbud, Purnawan Andra, memberikan pujian dan apresiasi terhadap kualitas garapan komposisi penampilan kontingen tuan rumah yang bisa berdampak positif, semakin banyak festival lokal digelar akan bisa mewadahi serta mendorong kreativitas para generasi muda setempat.[Sap]

 

Related Articles

Back to top button