PTI Menang Tidak Mayoritas, Imran Khan Harus Bentuk Pemerintah Koalisi

Sabtu, 28 Juli 2018
Indonesiaplus.id – Mantan bintang kriket Imran Khan yang juga pimpinan partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI/Gerakan Keadilan untuk Pakistan) memenangi pemilu, walaupun tidak dengan suara mayoritas.
Pengumuman resmi Komisi Pemilu Pakistan (ECP) ini sejalan dengan prediksi analis sebelum hari pemilihan ketimbang versi hitung cepat oleh sejumlah lembaga pascapemilihan yang menyatakan PTI unggul telak.
Dari hasil penghitungan suara resmi oleh ECP, Jumat (27/7/2018), PTI unggul 15 kursi atas rival-rivalnya. Total PTI meraih 115 kursi dan menobatkannya sebagai partai terbesar di Majelis Nasional (parlemen).
Namun, perolehan ini masih jauh di bawah ambang 137 kursi untuk tampil sebagai kekuatan mayoritas di parlemen.
Tanpa suara mayoritas, untuk membentuk pemerintahan mendatang, PTI dan Khan (65) harus menjalin koalisi dengan partai lain.
Pesaing utamanya, partai Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) bentukan Nawaz Sharif -perdana menteri (PM) yang dicopot pengadilan tahun lalu karena kasus korupsi- hampir bisa dipastikan menolak bergabung dan memilih sebagai oposisi.
Sementara itu, PML-N menyebut pemilu tahun ini paling kotor, menuding militer lebih berpihak kepada PTI dan Khan, serta proses penghitungan suara yang dituding penuh kecurangan – tuduhan yang ditolak keras ECP.
Kini, harapan Khan kepada kekuatan terbesar ketiga, Partai Rakyat Pakistan (PPP)-nya Dinasti Bhutto yang berhaluan independenn serta partai-partai kecil lain.
Jika PPP menolak, ketidakpastian bakal menyelimuti lagi politik Pakistan dan membuka peluang militer terjun lagi ke kursi kekuasaan.
Kemenangan PTI yang mendobrak dominasi kekuasaan PPP dan PML-N sepanjang sejarah Pakistan, meski tanpa suara mayoritas, jauh hari diprediksi banyak pengamat.
Kali ini sebagian pengamat juga terkesima dengan perolehan kursi PTI yang jauh melebihi perkiraan mereka, sehingga terkesan semakin menguatkan tuduhan terjadi kecurangan pada penghitungan suara.
Militer, yang dituduh PML-N memihak PTI dan Khan, masih belum angkat suara soal hasil pemilu. Semua mafhum, separuh jalan dari hampir 71 tahun usia Pakistan diperintah oleh militer.
Belum pernah ada PM mampu merampungkan jabatannya selama satu periode. Jika tidak dikudeta, mereka dibunuh atau disingkirkan dari kekuasaan oleh pengadilan.
Pengamat politik Ayesha Siddiqa bisa memahami bersarnya perolehan suara PTI. Menurut dia, sebagian pengamat tampaknya terlalu meremehkan besarnya ketidakpuasan di kalangan kelas menengah Pakistan yang merindukan perubahan.
Mereka tumbuh dinapasi narasi kekuasaan yang korup. ‘’Ini revolusi kelas menengah,” katanya
Saat kampanye, Khan menjanjikan perubahan menuju Pakistan yang siap memerangi korupsi demi mewujudkan negara Islam sejahtera.
Saat pidato klaim kemenangan di kediamannya, Kamis (26/7/2018) malam, ia juga siap duduk bersama memperbaiki hubungan bilateral dengan rival bertetangga, India, serta Amerika Serikat.
Pengamat dan purnawirawan jenderal, Talat Masood, menilai dan yakin Khan tidak akan menghadapi masalah dalam membentuk pemerintahan koalisi.
“Kubu independen tahu bahwa pihak-pihak kemapanan condong merapat kepada Imran Khan,” pungkasnya.[Fat]