Merkel Bakal Konsultasi dengan Presiden, Menyusul Pemerintahan Koalisi Gagal
Selasa, 21 November 2017
Indonesiaplus.id – Konsultasi akan dilakukan Kanselir Jerman Angela Merkel dengan Presiden Frank-Walter Steinmeier di Berlin, Senin (20/11), usai perundingan beberapa minggu untuk membentuk pemerintahan koalisi gagal.
Sementara salah satu mitra potensial mundur dari proses itu. “Hal ini adalah hari untuk melakukan refleksi mengenai langkah Jerman berikutnya. Tapi saya akan melakukan segala cara untuk memastikan agar negara ini akan dipimpin dengan baik melalui minggu-minggu yang sulit ini,” ujar Markel kepada awak media.
Markel berbicara usai Partai Demokratik Merdeka (FDP) yang pro-bisnis memutuskan untuk keluar dari kemungkinan koalisi dengan Partai Demokrat Kristen yang menaungi Merkel dan Partai Sosial Kristen, serta partai Hijau yang berhaluan kiri.
Merkel sebelumnya, mendesak para pemimpin partai untuk menegosiasikan pemerintah koalisi tiga arah yang rumit untuk lebih menunjukkan kemauan berkompromi, sementara dukungan untuk blok konservatifnya anjlok ke tingkat terendah dalam lebih dari enam tahun.
Sementara itu, kaum konservatif Merkel yang pendukungnya sebagian direbut partai ekstrem kanan Alternatif Jerman yang berhaluan kanan dalam pemilihan 24 September, berupaya membentuk sebuah aliansi dengan Partai Demokrat Bebas yang pro-pasar dan Partai Hijau berhaluan kiri yang belum teruji di tingkat nasional.
“Kendatipun sudah tiga minggu melakukan pembicaraan, mitra-mitra yang cukup berlawanan itu masih harus mengatasi perbedaan mengenai kebijakan perlindungan iklim, energi, transportasi, imigrasi dan zona euro. Ini mencemaskan ekonomi Eropa,” kata Alberth Smith pengamat ekonomi Eropa kepada AFP.
Dikatakan, Kanselir seolah dibiarkan berjuang sendiri setelah perundingan dengan taruhan tinggi membentuk sebuah pemerintahan baru yang gagal. Kondisi ini akan menjatuhkan Jerman ke dalam sebuah krisis ini dapat memicu pemilihan pemimpin baru dan Markel terdepak.
Sebagai negara dengan perekonomi terbesar di Eropa, selama beberapa pekan ini Jerman tengah menghadapi gejolak ekonomi dan politik, jika tidak segera diambil tindakan secepatnya akan memberi dampak besar bagi masyarakat Eropa.
Tanpa koalisi lain yang layak terlihat, Jerman mungkin dipaksa mengadakan pemilihan baru pemimpin baru yang penuh dengan resiko. Merkel telah dipaksa untuk mencari persekutuan dengan kelompok partai yang tidak mungkin setelah pemungutan suara meninggalkannya tanpa mayoritas.
Namun usai lebih dari satu bulan melakukan negosiasi yang melelahkan, pemimpin FDP pro-bisnis, Christian Lindner, keluar dari perundingan, dengan mengatakan bahwa tidak ada “dasar kepercayaan” untuk membentuk pemerintah dengan aliansi konservatif Merkel CDU-CSU dan ekologi Greens .
“Lebih baik tidak memerintah daripada memerintah dengan buruk,” katanya, menambahkan bahwa partai tersebut tidak berbagi “visi bersama mengenai modernisasi. Sebagai kanselir … saya akan melakukan segalanya untuk memastikan bahwa negara ini keluar dengan baik melalui masa sulit ini,” tandasnya.
Para pemimpin Partai Hijau juga menyesalkan keruntuhan perundingan, dengan mengatakan bahwa mereka percaya kesepakatan dapat dilakukan meski ada perbedaan. Euro jatuh menyusul berita tersebut, meskipun analis mengatakan implikasi jangka panjang untuk mata uang tersebut belum jelas.
Dalam perundingan berubah semakin sengit, telah tersandung pada serangkaian isu termasuk kebijakan imigrasi. Kebijakan pengungsi liberal Merkel yang membiarkan lebih dari satu juta pencari suaka sejak tahun 2015 juga telah mendorong beberapa pemilih ke AfD yang jauh, yang pada bulan September berkampanye di sebuah platform islamofobia dan anti-imigrasi.[Fat]