Hindari Ekstradisi, Assange Siap Kooperatif dengan Aparat Swedia

Senin, 15 April 2019
Indonesiaplus.id – Otoritas Swedia dipilih oleh Julian Assange untuk kasus tuduhan pemerkosaan yang dilakukannya, tapi bakal berjuang keras menolak segala upaya hukum yang memerintahkan ekstradisinya ke Amerika Serikat.
“Kami tak keberatan menjawab segala pertanyaan jika penyelidikan kasus pemerkosaan itu dibuka lagi. Masalahnya, isu kunci sekarang adalah ia berisiko diekstradisi ke AS. Ini sudah kami waspadai sejak lama, ” ujar pengacaranya, Jennifer Robinson di televisi Sky News, Ahad (14/4/2019).
Pendiri situs WikiLeaks ditahan di London dan sedang menunggu vonis. Ia melanggar aturan bebas bersyarat yang didapatkan sejak 2012 saat ia mencari suaka di Kedutaan Besar Ekuador di London demi menghindari ekstradisi ke Swedia.
Ia ditangkap di Kedubes tersebut pada Kamis (11/4/2019) lalu lantaran pihak Ekuador menolaknya. Selain berhadapan dengan tuduhan pemerkosaan dari Swedia, Assange juga terancam diekstradisi ke AS terkait pembocoran dokumen resmi sangat rahasia milik pemerintah di WikiLeaks.
Pria 47 tahun dan warga Australia membantah tidak pernah melakukan pelecehan seksual dan pemerkosaan di Swedia. Kasus pertama melewati tenggat waktu pengusutan sejak 2015, sedangkan kasus kedua dibatalkan pada 2017. Namun, korban pemerkosaan diduga meminta pengadilan membuka kembali kasus ini.
Namun jika Stockholm mengajukan permintaan ekstradisi secara resmi, pemerintahan Inggris harus memutuskan apakah bakal memenuhinya sebelum atau sesudah permintaan serupa dari AS.
Robinson menjelaskan Assange berniat memohon jaminan dari Swedia bahwa ia tidak akan diserahkan ke AS. “Itu juga jaminan yang kami minta pada 2010. Karena Swedia menolak memberikan jaminan, ia (Assange) pun berusaha mencari suaka di Ekuador,” katanya.
“Julian bukan orang yang tak patuh hukum. Ia siap menghadapi sistem peradilan Inggris atau Swedia. Ia hanya khawatir bahwa kasus ini bakal membuatnya dikirim ke AS sehingga ia harus menghadapi pengadilan yang tidak adil.”
Pemerintah AS mendakwa Assange dengan tuduhan konspirasi ketika bekerja sama dengan eks Analis Intelijen Militer AS Chelsea Manning untuk meretas kata sandi yang tersimpan dalam komputer milik Departemen Pertahanan pada Maret 2010.
Untuk dakwaan ini, ia terancam vonis penjara hingga lima tahun. Manning berganti kelamin menjadi perempuan mengirim ratusan dokumen rahasia ke WikiLeaks, termasuk pemaparan pelanggaran militer AS selama perang Irak dan rahasia-rahasia diplomatik terkait puluhan negara di dunia.
Sedangkan dakwaan konspiras terhadap Assange terlihat diniatkan untuk membatasi argumentasi pelaku bahwa ia mendapat jaminan pasal kebebasan pers dalam Amandemen Pertama Undang-Undang Dasar AS.
Sementara itu di tempat terpisah, ayah Assange, John Shipton, mendesak pemerintah Australia agar memulangkan anaknya.[fat]