GLOBAL

Dipersenjatai Mandat, PM May Berjuang Peroleh Dukungan Parlemen

Senin, 4 Februari 2019

Indonesiaplus.id – Pada Ahad (3/2/2019), Perdana Menteri Inggris Theresa May di London, menegaskan dirinya “dipersenjatai” mandat baru dan ide-ide baru sebelum bertemu negosiator Uni Eropa atas kesepakatan Brexit  baru yang digagasnya.

Namun, para pejabat UE bersikeras kesepakatan itu tidak terbuka untuk negosiasi ulang terhadap kesepakatan yang telah dibuat.

Kepada Sunday Telegraph, PM Inggris menegaskan dia akan “berjuang untuk Inggris dan Irlandia Utara” dalam upayanya menyingkirkan ketentuan pendukung yang tidak populer dari perjanjian itu.

“Jika kita berdiri bersama dan berbicara dengan satu suara, saya yakin kita dapat menemukan jalan yang benar ke depan,” katanya.

Sebagai bagian belakang dimaksudkan untuk memastikan tidak ada kembali ke perbatasan dengan Irlandia, tetapi pendukung Brexit khawatir itu akan membuat Inggris terikat dengan aturan bea cukai UE.

Inggris tengah berjuang untuk mendapatkan dukungan parlemen agar menyetujui rencana transisi dengan Uni Eropa sebelum batas akhir Brexit, 29 Maret 2019.

Pada saat yang sama, pemerintah dan pelaku bisnis menyiapkan rencana cadangan bila Brexit tak berhasil menyimpulkan kesepakatan. Sejumlah pihak memprediksi kerusuhan besar bakal terjadi.

Kerajaan Inggris disebut-sebut telah menyiapkan rencana kemungkinan itu. Para pejabat Inggris, dilansir The Guardian, diketahui telah mengaktifkan kembali rencana darurat era perang dingin untuk memindahkan keluarga kerajaan bila terjadi kerusuhan di London.

Sunday Times mengutip seorang sumber dari Kantor Kabinet Kerajaan yang khusus menangani masalah-masalah sensitif di pemerintahan. Rencana itu makin ditegaskan oleh ucapan seorang mantan perwira kepolisian yang  ditugaskan mengawal keluarga kerajaan, Dai Davies.

Menurut dia, Ratu Elizabeth II beserta keluarganya bakal dipindahkan ke luar London jika kerusuhan benar  terjadi. Brexit tetap bisa terjadi jika kesepakatan yang dicari PM Theresa May tak kunjung didapat. Namun, konsekuensinya amat besar. Salah satunya pemerintah Inggris membutuhkan biaya lebih besar untuk membawa masuk pasokan makanan yang diimpor dari Uni Eropa.

Anggota parlemen memilih minggu lalu untuk mengirim Mey kembali ke Brussels untuk menegosiasikan ulang  klausul itu, menunjukkan kesepakatannya kemudian akan disetujui setelah ditolak bulat-bulat di parlemen bulan lalu.

“Saya sekarang yakin ada rute yang dapat mengamankan mayoritas di House of Commons untuk meninggalkan  Uni Eropa dengan kesepakatan. Ketika saya kembali ke Brussels, saya akan berjuang untuk Inggris dan Irlandia  Utara. Saya akan dipersenjatai dengan mandat baru, ide-ide baru dan tekad yang diperbarui untuk menyetujui solusi pragmatis,” tutur May.

Pihak Uni Eropa menegaskan, kesepakatan itu “tetap cara terbaik dan satu-satunya untuk memastikan penarikan yang tertib,” tetapi dengan berlalunya waktu hingga batas akhir 29 Maret, risiko Brexit yang tidak ada kesepakatan untuk Inggris dan blok tersebut menjadi semakin tajam.

May mengatakan, pemimpin oposisi Jeremy Corbyn juga percaya potensi backstop yang tidak terbatas adalah masalah dan bahwa UE telah “menerima prinsip ‘pengaturan alternatif’ menggantikan backstop jika memang diperlukan.”

Backstop akan muncul jika Inggris dan Uni Eropa belum menyetujui kesepakatan perdagangan mengenai hubungan mereka di masa depan setelah masa transisi terbatas hingga dua tahun.

Perdana menteri menolak tuduhan bahwa rencana untuk membuka kembali perundingan-perundingan backstop berisiko membahayakan proses perdamaian Irlandia.[fat]

Related Articles

Back to top button