Arab Saudi: Palestina Alami Periode Panjang Penindasan Israel

Rabu, 27 Juni 2018
Indonesiaplus.id – Inisiatif perdamaian Arab adalah pilihan strategis untuk menemukan solusi konflik Israel-Palestina.
Hal itu disampaikan Wakil Tetap Kerajaan Arab Saudi untuk PBB Dr. Khalid Manzlawi saat berpidato sebelum sesi debat terbuka di Dewan Keamanan PBB tentang situasi di Timur Tengah dan Afrika Utara dibuka pada Senin (26/6/2018).
Pada kesempatan itu, ia menyatakan Saudi masih berkomitmen terhadap konsep solusi dua negara sesuai dengan referensi internasional. “Rakyat Palestina telah mengalami periode panjang pendudukan yang tidak adil, kebijakan yang menindas dan rasis, dan serangan permukiman ilegal,” ujarnya seperti dilaporkan laman Al Arabiya.
Kerajaan Saudi berpandangan bahwa konflik Israel-Palestina merupakan isu inti di Timur Tengah. Penyelesaian konflik antara kedua negara yang telah berlangsung selama beberapa dekade itu dinilai dapat membawa perdamaian bagi Timur Tengah.
Namun, penyelesaian konflik Israel-Palestina kian pelik setelah Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember tahun lalu. Keputusan AS itu ditentang keras, tidak hanya oleh Palestina, tetapi juga negara-negara Arab lainnya.
Diakuinya Yerusalem sebagai ibu kota Israel, AS dinilai telah melanggar berbagaikesepakatan dan resolusi internasional. Setelah pengakuan tersebut, Palestina menyatakan mundur dari proses negosiasi perdamaian dengan Israel yang dimediasi AS.
Palestina menanggap AS tak lagi menjadi mediator netral, sebab terbukti membela kepentingan Israel. Sebagai gantinya, Palestina menyerukan pembentukan mekanisme internasional untuk menyelesaikan konflik dengan Israel, yakni dengan melibatkan PBB, Uni Eropa, Rusia, dan negara-negara Arab.[Fat]